Kata Priority atau Prioritas banyak digunakan oleh bank-bank maupun jenis
usaha lainnya untuk dapat menarik lebih banyak nasabah-nasabah baru dan/atau yang
sudah ada untuk bisa mendapatkan pelayanan istimewa. Tidak perlu menunggu dalam
antrian panjang dan fasilitas ruangan khusus terpisah adalah hanya dua contoh
dari kemudahan-kemudahan lainnya yang dapat dinikmati para nasabah prioritas.
Sudahkah bank-bank yang menyediakan layanan prioritas tersebut sungguh-sungguh memberikan perhatian kepada para nasabah prioritas mereka?
Masalah yang saya alami beberapa hari yang lalu ketika melakukan pembayaran
lewat ATM mudah-mudahan bisa menjadi masukan bagi bank-bank dalam melayani para nasabah
– baik yang prioritas maupun biasa. Kemudahan dan terutama efisiensi waktu, itulah yang ada dalam pikiran saya
ketika membayangkan layanan prioritas. Walaupun berada di ruangan yg nyaman
dilengkapi fasilitas layaknya sebuah lounge, harapan saya untuk masalah ATM tersebut
akan tetap dapat selesai dalam waktu 5 hingga 10 menit karena memang saya
sengaja mampir pada waktu jam istirahat makan siang bukan untuk menikmati
fasilitas prioritas yang disediakan melainkan untuk melakukan pembayaran lewat
ATM yang juga tidak terletak dalam ruangan prioritas lalu segera kembali ke
kantor setelah makan siang di bagian berbeda gedung bank tersebut. Namun apa yg
saya alami jauh berbeda dari apa yg saya bayangkan.
Resepsionis dengan sopan menghubungkan saya ke pusat layanan nasabah ketika
saya beritahukan bahwa saya mengalami masalah dengan kartu ATM. Saya pikir
bahwa setidaknya saya bisa paling tidak diberikan tempat duduk untuk dapat
berbicara dengan petugas layanan nasabah tersebut. Saya ternyata harus berbicara
sambil berdiri di counter tersebut. 3 kali saya harus terpaksa bolak balik ke
mesin ATM mencoba arahan yang diberikan oleh 3 petugas layanan nasabah yang
berbeda di ujung telepon namun tidak berhasil menyelesaikan masalah yang
menurut saya seharusnya sederhana. Beruntunglah bagi saya (masih juga merasa
beruntung walaupun seharusnya saya bisa saja mendapatkan pelayanan yang lebih
baik) petugas ke 4 memiliki inisiatif berbeda dari ketiga rekannya yang lain dengan
menyarankan untuk saya menggunakan internet banking yang tersedia di salah satu
pojok di luar ruangan layanan prioritas bank tersebut. Saya tetap mesti
menggunakan fasilitas internet banking tersebut sambil berdiri namun akhirnya memang
dapat menyelesaikan permasalahan yang saya hadapi. 55 menit terpaksa saya gunakan untuk
mengatasi masalah kartu ATM tersebut dan 10 menit dari waktu tersebut adalah
untuk menyelesaikan sendiri masalah yang ada dengan kartu ATM dengan
mempergunakan panduan program yang tersedia di internet banking tersebut.
Kemampuan dan pengetahuan petugas-petugas layanan nasabah dan adanya sistem yang
dapat memandu mereka menangani masalah-masalah yang dihadapi para nasabah memang
sering kali menjadi faktor nomor sekian dibandingkan dengan penyediaan
fasilitas fisik ruangan dan kegiatan promosi pemasaran lainnya. Padahal pembinaan
dan pelatihan yang berkesinambungan kepada para petugas layanan nasabah akan
sangat menentukan reputasi dari bank tersebut karena mereka adalah orang-orang
yang berhubungan langsung dengan para nasabah yang mengalami masalah dan
membutuhkan bantuan. Keramahan dan tutur kata yang baik memang merupakan keharusan
namun pengetahuan dan kesigapan para petugas layanan nasabah juga sangat
diperlukan.
Promosi pemasaran yang baik memang diperlukan dan akan dapat menciptakan
penjualan tetapi untuk mendapatkan nasabah dan/atau pelanggan yang loyal serta
penjualan yang berulang dari para pelanggan tersebut akan lebih ditentukan oleh
tingkat pelayanan yang baik.
Sudahkah kita memperhatikan faktor-faktor internal yang akan menentukan tingkat
pelayanan kepada para nasabah dan/atau pelanggan kita?
2 comments:
Semoga ini bisa menjadi pelajaran bagi bank lain yang punya program seperti ini...
Terima kasih untuk tanggapannya dan mohon maaf baru sekarang ucapan ini tersampaikan.
Post a Comment