Sunday, March 1, 2015

KEBAHAGIAAN




Pada suatu siang sekitar pukul 13 saya mengunjungi sebuah proyek pembangunan apartemen. Dari pos penerima tamu saya memperhatikan dua puluhan pekerja yang sedang mengerjakan pemasangan pelat baja ringan untuk sebagian lantai basement.

Nampak peluh bercucuran di seluruh bagian tubuh mereka karena sinar matahari yang memang terik. Ditambah lagi dengan pantulan sinar matahari pada bentangan pelat baja ringan di area pijakan mereka bekerja sehingga mereka benar2 seperti berada di atas lembaran pelat baja yang dipanaskan.

Melalui jendela saya masih dapat sesekali memperhatikan para pekerja tersebut ketika sudah berada dalam kantor proyek yang walaupun terbuat dari bahan baja ringan yang sama namun dilengkapi dengan lapisan pelindung penangkal panas di bagian atap dan dinding serta adanya pengatur suhu udara sehingga suasana di dalamnya hampir mirip dengan kantor pada umumnya. Sekitar 2 jam kemudian ternyata cuaca mendadak berubah turun hujan lebat. Dari jendela saya dapat melihat ada beberapa dari para pekerja tersebut sempat basah kuyup. Ada perasaan kasihan terhadap mereka.

Saya sempat dalam hati bertanya kepada diri sendiri, apakah mereka masih memiliki waktu untuk memikirkan tentang mencari kebahagiaan dalam tekanan kehidupan pekerjaan mereka yang demikian keras ?

Selesai rapat dengan pihak proyek, saya kembali menuju pos penerima tamu untuk mengembalikan helmet dan tanda pengenal tamu. Ketika saya melintas di depan barak pekerja yang berada di belakang pos tersebut, saya memperkirakan bahwa pasti banyak di antara mereka yang sedang berkeluh kesah tentang cuaca yang tidak bersahabat hari itu. Tetapi kemudian yang saya lihat adalah wajah2 yang walaupun memang terlihat lelah namun mereka ternyata sedang duduk bercengkerama dan tertawa bersama mengenai banyak hal2 lain, termasuk bagaimana mereka mampu menyelesaikan kesulitan2 dan tantangan2 dalam pekerjaan mereka. Sama sekali mereka tidak membicarakan atau mengeluhkan tentang panasnya udara atau hujan yang turun tiba2. Juga tidak nampak mereka tidak bahagia dengan nasib mereka. Saya jadi teringat pada sebuah kalimat bijak yang mengatakan bahwa adalah keliru untuk menilai kebahagiaan orang lain dari sudut pandang dan keberadaan diri kita.

Saya teringat bagaimana banyak orang2 yang mendapatkan kesempatan bekerja dalam kantor yang nyaman jauh dari gangguan cuaca justeru lebih sering mengeluhkan tentang banyak hal. Misalnya ketika terjadi gangguan listrik padam, banyak yang mengeluhkan panasnya udara karena pengatur suhu ruangan tidak dapat berfungsi. Atau bila terjadi hujan yang mendadak, banyak orang mengeluhkan keadaan tersebut hanya karena tidak dapat pergi keluar untuk makan siang atau karena terpaksa mesti melalui jalan2 yang tergenang air

Kita seharusnya dapat mengisi kehidupan dengan berbagai hal yang bermanfaat bagi diri kita sendiri dan orang2 lain.

Kebahagiaan tidak secara otomatis tercipta karena kepemilikan materi yang banyak dari bisnis yang maju pesat dan/atau pekerjaan yang memberikan kebanggaan karena posisi yang tinggi atau dari mendapatkan keberuntungan, tetapi kebahagiaan bermula dari pikiran yang positif dan optimisme serta keberanian untuk menghadapi dan mengatasi berbagai tantangan yang terkadang menghadang dengan tidak terduga.

Kebahagiaan bermula dari dalam hati kita, dari menjalani kehidupan yang seimbang. Seperti yang dikatakan Einstein bahwa hidup itu seumpama mengendarai sebuah sepeda dan anda harus terus mengayuh pedalnya agar sepeda dapat terus berjalan dengan seimbang.