Monday, August 4, 2014

KASIH IBU














KASIH IBU,
KEPADA BETA,
TAK TERHINGGA SEPANJANG MASA

HANYA MEMBERI,
TAK HARAP KEMBALI,
BAGAI SANG SURYA MENYINARI DUNIA


Hampir dapat dipastikan bahwa kita pernah mendengar atau bahkan menyanyikan lagu KASIH IBU.

Lirik lagu yang sangat sederhana namun sangat penuh arti yang ditulis oleh SM Mochtar tersebut memang sangat singkat untuk ukuran sebuah lagu namun telah menggambarkan dengan sangat jelas tentang bagaimana tiada terkiranya kasih seorang ibu kepada anak-anaknya sepanjang usia hidupnya, tanpa pamrih, tanpa mengharapkan imbalan atau balas jasa.

13 Juli 2014, saya mengunjungi wanita luar biasa yang selama hidupnya bergelut sendirian dengan berbagai perjuangan untuk memastikan bahwa anak-anaknya mendapatkan yang terbaik karena suami tercinta meninggal ketika beliau masih berusia 38 tahun.

Di kamar tidur yang dipenuhi buku-buku dan amat sangat sederhana untuk ukuran kesuksesan finansial dan sosial yang sudah beliau raih, beliau terbaring lemah karena penyakit kronis yang dideritanya. Sebagai keponakan, saya telah diberitahu mengenai penyakit yang dideritanya dan maksud kunjungan tersebut memang berusaha membujuk dirinya agar mau diajak anak-anaknya untuk mendapatkan cara pengobatan terbaik bagi beliau. Namun dalam kondisi kesehatan yang sangat jauh dari ideal tersebut, beliau mengatakan bahwa dirinya hanya perlu beristirahat sementara karena kelelahan dan beliau malahan lebih banyak berbicara tentang anak-anaknya.

31 Juli 2014, kembali saya mengunjungi beliau, tapi kali ini beliau sudah terbaring di ranjang rumah sakit. Dalam keadaan kesehatan yang telah demikian memburuk dan ajal bisa saja setiap saat datang menjemputnya, dari keadaan beliau yang masih sadar, satu hal yang masih tetap dapat saya rasakan adalah bahwa kasihnya sebagai seorang mama kepada 5 orang anak-anaknya demikian besar, seperti lirik dalam lagu kasih ibu.

Meskipun selama hidupnya tidak banyak terucap dari bibirnya sendiri, bagaimana kasihnya kepada anak-anaknya, sebagai salah seorang keponakan beliau, dari semua yang saya lihat sepanjang hidupnya hingga bahkan pada saat-saat beliau terbaring tidak berdaya karena sakit, kasihnya sebagai seorang ibu memang sungguh hanya ingin memberi dan tidak mengharapkan imbalan, kecuali tentunya demi melihat kebahagiaan anak-anaknya.

Lahir 13 Februari 1938 dan dalam keheningan dini hari 3 Agustus 2014, Mariana Tjitra (Tjhie Cin Mei) menghembuskan nafas terakhirnya dengan dikelilingi oleh anak-anaknya, menantu-menantunya dan cucu-cucunya.