Friday, February 24, 2012

Prioritas

Kata Priority atau Prioritas banyak digunakan oleh bank-bank maupun jenis usaha lainnya untuk dapat menarik lebih banyak nasabah-nasabah baru dan/atau yang sudah ada untuk bisa mendapatkan pelayanan istimewa. Tidak perlu menunggu dalam antrian panjang dan fasilitas ruangan khusus terpisah adalah hanya dua contoh dari kemudahan-kemudahan lainnya yang dapat dinikmati para nasabah prioritas.



Sudahkah bank-bank yang menyediakan layanan prioritas tersebut sungguh-sungguh memberikan perhatian kepada para nasabah prioritas mereka?

Masalah yang saya alami beberapa hari yang lalu ketika melakukan pembayaran lewat ATM mudah-mudahan bisa menjadi masukan bagi bank-bank dalam melayani para nasabah – baik yang prioritas maupun biasa. Kemudahan dan terutama efisiensi waktu, itulah yang ada dalam pikiran saya ketika membayangkan layanan prioritas. Walaupun berada di ruangan yg nyaman dilengkapi fasilitas layaknya sebuah lounge, harapan saya untuk masalah ATM tersebut akan tetap dapat selesai dalam waktu 5 hingga 10 menit karena memang saya sengaja mampir pada waktu jam istirahat makan siang bukan untuk menikmati fasilitas prioritas yang disediakan melainkan untuk melakukan pembayaran lewat ATM yang juga tidak terletak dalam ruangan prioritas lalu segera kembali ke kantor setelah makan siang di bagian berbeda gedung bank tersebut. Namun apa yg saya alami jauh berbeda dari apa yg saya bayangkan.

Resepsionis dengan sopan menghubungkan saya ke pusat layanan nasabah ketika saya beritahukan bahwa saya mengalami masalah dengan kartu ATM. Saya pikir bahwa setidaknya saya bisa paling tidak diberikan tempat duduk untuk dapat berbicara dengan petugas layanan nasabah tersebut. Saya ternyata harus berbicara sambil berdiri di counter tersebut. 3 kali saya harus terpaksa bolak balik ke mesin ATM mencoba arahan yang diberikan oleh 3 petugas layanan nasabah yang berbeda di ujung telepon namun tidak berhasil menyelesaikan masalah yang menurut saya seharusnya sederhana. Beruntunglah bagi saya (masih juga merasa beruntung walaupun seharusnya saya bisa saja mendapatkan pelayanan yang lebih baik) petugas ke 4 memiliki inisiatif berbeda dari ketiga rekannya yang lain dengan menyarankan untuk saya menggunakan internet banking yang tersedia di salah satu pojok di luar ruangan layanan prioritas bank tersebut. Saya tetap mesti menggunakan fasilitas internet banking tersebut sambil berdiri namun akhirnya memang dapat menyelesaikan permasalahan yang saya hadapi.  55 menit terpaksa saya gunakan untuk mengatasi masalah kartu ATM tersebut dan 10 menit dari waktu tersebut adalah untuk menyelesaikan sendiri masalah yang ada dengan kartu ATM dengan mempergunakan panduan program yang tersedia di internet banking tersebut.

Kemampuan dan pengetahuan petugas-petugas layanan nasabah dan adanya sistem yang dapat memandu mereka menangani masalah-masalah yang dihadapi para nasabah memang sering kali menjadi faktor nomor sekian dibandingkan dengan penyediaan fasilitas fisik ruangan dan kegiatan promosi pemasaran lainnya. Padahal pembinaan dan pelatihan yang berkesinambungan kepada para petugas layanan nasabah akan sangat menentukan reputasi dari bank tersebut karena mereka adalah orang-orang yang berhubungan langsung dengan para nasabah yang mengalami masalah dan membutuhkan bantuan. Keramahan dan tutur kata yang baik memang merupakan keharusan namun pengetahuan dan kesigapan para petugas layanan nasabah juga sangat diperlukan.
Promosi pemasaran yang baik memang diperlukan dan akan dapat menciptakan penjualan tetapi untuk mendapatkan nasabah dan/atau pelanggan yang loyal serta penjualan yang berulang dari para pelanggan tersebut akan lebih ditentukan oleh tingkat pelayanan yang baik.

Sudahkah kita memperhatikan faktor-faktor internal yang akan menentukan tingkat pelayanan kepada para nasabah dan/atau pelanggan kita?

Friday, February 17, 2012

WORK | LIFE BALANCE

Ternyata menuliskan sasaran-sasaran untuk diri sendiri memang belum menjadi sebuah kebiasaan bagi kebanyakan orang termasuk para profesional dan eksekutif.
Hampir semua orang-orang yang saya review kinerjanya telah mengalami banyak kemajuan dalam menyusun dan memantau sasaran-sasaran perusahaan yang menjadi tanggung jawab mereka. Namun tidak demikian halnya dengan sasaran-sasaran hidup mereka sendiri, di 5 bidang kehidupan selain karir dan finansial. Bahkan bisa dikatakan di 6 bidang kehidupan karena mereka ternyata bukan mengelola sasaran-sasaran finansial mereka sendiri melainkan hanya sasaran-sasaran finansial perusahaan yang sudah mereka ‘anggap’ seperti sasaran-sasaran dalam hidup mereka sendiri!  J
Jadi kita tidak perlu terlalu heran bila perekonomian Indonesia bisa tetap melaju karena ‘loyalitas’ tersebut. Namun mereka yang menghabiskan hampir seluruh waktu untuk mengejar kesuksesan karir dan finansial ternyata mengalami kelelahan mental dan tubuh yang dalam jangka menengah dan panjang sudah terbukti merugikan tidak saja diri mereka namun juga perusahaan-perussahan tempat mereka bekerja.
Banyak orang mengeluhkan hal tersebut dan walaupun mereka menyadari hidup mereka tidak seimbang namun terpaksa tidak dapat menghindari tuntutan pekerjaan yang semakin tinggi.
Mungkin di antara pembaca ada mengalami hal yang sama. Hanya ada 1 cara efektif untuk bisa menjalankan hidup dengan lebih seimbang: tetapkan dan tuliskan sasaran2 di semua bidang kehidupan. Seperti ketika anda menuliskan S.M.A.R.T GoalsTM perusahaan, demikian pula dengan sasaran2 di 6 bidang kehidupan anda.
Bila memang pembaca belum menuliskan sasaran2 yang ingin diraih di tahun 2012 ini, sisihkan 60 menit saja dari waktu anda di akhir pekan ini untuk menuliskan sasaran-sasaran anda di 6 bidang kehidupan yang ingin anda raih di tahun ini.
Bagaimana anda bisa membuat tahun ini menjadi awal dari kehidupan seimbang melalui penetapan sasaran-sasaran di seluruh 6 bidang kehidupan?
Pertama-tama, tentu anda mesti mengetahui apa yang anda inginkan di tahun ini. Tetapkan secara spesifik hal-hal yang ingin anda raih. Ingatlah bahwa terlalu banyak sasaran dalam setahun bukan saja akan memberatkan hari-hari anda tetapi mungkin bahkan tidak mungkin bisa direalisasikan dalam waktu setahun.
Kedua, tetapkan sasaran-sasaran utama anda dan fokuskan perhatian dan tenaga anda pada sasaran-sasaran utama dan penting dalam setiap bidang kehidupan.
Langkah berikutnya, pikirkan dan susunlah rencana berisi langkah-langkah yang akan diperlukan untuk dapat merealisasikan sasaran-sasaran tersebut. Dengan menyusun langkah-langkah tersebut anda sesungguhnya telah membuat tahapan-tahapan untuk merealisasikan sasaran-sasaran tersebut. Berikanlah batas waktu realistis yang diperlukan guna menjalani tahapan-tahapan tersebut. Dengan adanya batasan waktu untuk tahapan-tahapan tersebut, anda dapat mengendalikan waktu dan sumber daya lainnya dengan lebih efisien.
Setelah sasaran-sasaran tersebut anda tuliskan, periksa kembali semuanya dan pikirkan apakah memang hal-hal tersebut yang merupakan bagian dari impian-impian yang ingin anda raih? Pergunakanlah rasio dan kata hati anda. Ingatlah bahwa anda tidak perlu merasa ragu-ragu untuk memutuskan dalam tahapan ini mengenai sasaran-sasaran yang mungkin setelah anda pikirkan kembali terasa tidak pas dengan keseluruhan sasaran-sasaran lainnya. Inilah sebuah proses yang memang seharusnya anda lewati dalam menentukan hal-hal yang sesuai dengan kehidupan yang ingin anda jalani. Melalui proses inilah akan terjadi pemahaman yang baik tentang diri anda sendiri. Kesuksesan dalam meraih sasaran-sasaran memerlukan kesadaran akan kemampuan diri anda untuk melewati tahapan-tahapan yang diperlukan.
Bila anda sudah menetapkan sasaran-sasaran dan menyusun rencana-rencana dalam tahapan-tahapan yang diperlukan beserta tenggat waktu yang diperlukan namun dalam kenyataannya mengalami hambatan dan bahkan mendapati kekeliruan yang baru disadari setelah rencana dijalankan, ingatlah bahwa anda yang menetapkan sasaran-sasaran tersebut untuk mendapatkan kehidupan yang anda inginkan dan bukan sasaran-sasaran tersebut yang menentukan kehidupan anda. Segeralah melakukan penyesuaian-penyesuaian atau bahkan perubahan-perubahan yang diperlukan dengan tetap mengikuti proses penyusunan S.M.A.R.T GoalsTM.



S.M.A.R.T. GoalsTM is a registered trademark in the US held by The Meyer Resource Group(R), Inc.
Permission to use S.M.A.R.T. GoalsTM is obtained from: Copyright (C) The Meyer Resource Group(R), Inc.

Thursday, February 2, 2012

3 R


Semalam saya mengikuti misa requiem untuk papa mertua seorang teman baik saya sejak bangku sekolah menengah dan pada saat pastor mempersilahkan anggota-anggota keluarga untuk mengucapkan salam perpisahan terakhir, salah seorang dari cucu almarhum mengungkapkan kata-kata perpisahan yang indah dan penuh kasih kepada sang kakek. Saya langsung teringat pada sebuah kalimat yang diucapkan oleh Sandra Bullock tentang kehidupan yaitu “if you don’t have good stories to tell on your deathbed, what good was living?”

Saya juga jadi teringat sebuah artikel di harian Kompas yang baru saya baca beberapa hari yang lalu tentang Edwin Soeryadjaya, seorang pengusaha sangat sukses namun tetap rendah hati dan memiliki kecintaan kepada kedua orangtuanya. Edwin Soeryadjaya dan almarhum ayahnya, William Soeryadjaya, yang juga salah seorang dari pengusaha-pengusaha tersukses dan juga dihormati di Indonesia pada masa hidupnya, pernah mengalami situasi yang sangat sulit pada dekade 1990an. Seperti dituliskan dalam artikel tersebut, ketika ditanyakan mengenai usaha yang sedang dia kerjakan, jawaban dari Edwin Soeryadjaya sederhana namun dalam sekali maknanya “Ada deh, namanya juga kita perlu hidup. Yang penting hidup lurus

Dan baru saja sore ini dari seorang teman, saya menerima kiriman cuplikan gambar dari The Strait Times edisi hari ini tentang Young Singaporean Adult, yang dari gambar tersebut disebutkan memiliki nilai akademis tinggi namun tidak “street-smart”, menginginkan hasil instan, tidak berwawasan luas, mudah sekali berkecil-hati, sangat menjauhi resiko, dan memilih berada dalam zona nyaman. Saya belum membaca artikel-nya namun dari gambaran tersebut, sebenarnya hal yang lebih kurang sama atau mungkin dalam kadar yang lebih buruk juga terjadi di banyak negara-negara lainnya termasuk di Indonesia.

Banyak terjadi manipulasi pencitraan yang bukan merupakan jati diri sesungguhnya yang dilakukan untuk mencapai kesuksesan semu secara instan. Namun bukanlah hak kita untuk mengadili apalagi menghakimi orang-orang yang melakukan hal tersebut dan saya pikir lebih baik kita merenungkan apa yang diucapkan oleh Sandra Bullock tersebut dan apa yang telah diungkapkan oleh Edwin Soeryadjaya pentingnya hidup lurus. Untuk memiliki kehidupan sukses yang penuh arti diperlukan kesabaran, ketabahan, keikhlasan dalam bisnis dan berteman serta juga memperhatikan aspek-aspek kehidupan lainnya. Hidup tidak hanya untuk keberhasilan dalam aspek finansial dan karir saja melainkan juga keberhasilan dalam aspek-aspek kehidupan lainnya yaitu keluarga, spiritual, sosial, pendidikan dan kesehatan. 

Kita dapat memulai dengan mengikuti filosofi 3 R yang sederhana: Respek pada diri sendiri, Respek kepada orang-orang lain, Rasa tanggung jawab atas segala tindakan kita.