Thursday, February 2, 2012

3 R


Semalam saya mengikuti misa requiem untuk papa mertua seorang teman baik saya sejak bangku sekolah menengah dan pada saat pastor mempersilahkan anggota-anggota keluarga untuk mengucapkan salam perpisahan terakhir, salah seorang dari cucu almarhum mengungkapkan kata-kata perpisahan yang indah dan penuh kasih kepada sang kakek. Saya langsung teringat pada sebuah kalimat yang diucapkan oleh Sandra Bullock tentang kehidupan yaitu “if you don’t have good stories to tell on your deathbed, what good was living?”

Saya juga jadi teringat sebuah artikel di harian Kompas yang baru saya baca beberapa hari yang lalu tentang Edwin Soeryadjaya, seorang pengusaha sangat sukses namun tetap rendah hati dan memiliki kecintaan kepada kedua orangtuanya. Edwin Soeryadjaya dan almarhum ayahnya, William Soeryadjaya, yang juga salah seorang dari pengusaha-pengusaha tersukses dan juga dihormati di Indonesia pada masa hidupnya, pernah mengalami situasi yang sangat sulit pada dekade 1990an. Seperti dituliskan dalam artikel tersebut, ketika ditanyakan mengenai usaha yang sedang dia kerjakan, jawaban dari Edwin Soeryadjaya sederhana namun dalam sekali maknanya “Ada deh, namanya juga kita perlu hidup. Yang penting hidup lurus

Dan baru saja sore ini dari seorang teman, saya menerima kiriman cuplikan gambar dari The Strait Times edisi hari ini tentang Young Singaporean Adult, yang dari gambar tersebut disebutkan memiliki nilai akademis tinggi namun tidak “street-smart”, menginginkan hasil instan, tidak berwawasan luas, mudah sekali berkecil-hati, sangat menjauhi resiko, dan memilih berada dalam zona nyaman. Saya belum membaca artikel-nya namun dari gambaran tersebut, sebenarnya hal yang lebih kurang sama atau mungkin dalam kadar yang lebih buruk juga terjadi di banyak negara-negara lainnya termasuk di Indonesia.

Banyak terjadi manipulasi pencitraan yang bukan merupakan jati diri sesungguhnya yang dilakukan untuk mencapai kesuksesan semu secara instan. Namun bukanlah hak kita untuk mengadili apalagi menghakimi orang-orang yang melakukan hal tersebut dan saya pikir lebih baik kita merenungkan apa yang diucapkan oleh Sandra Bullock tersebut dan apa yang telah diungkapkan oleh Edwin Soeryadjaya pentingnya hidup lurus. Untuk memiliki kehidupan sukses yang penuh arti diperlukan kesabaran, ketabahan, keikhlasan dalam bisnis dan berteman serta juga memperhatikan aspek-aspek kehidupan lainnya. Hidup tidak hanya untuk keberhasilan dalam aspek finansial dan karir saja melainkan juga keberhasilan dalam aspek-aspek kehidupan lainnya yaitu keluarga, spiritual, sosial, pendidikan dan kesehatan. 

Kita dapat memulai dengan mengikuti filosofi 3 R yang sederhana: Respek pada diri sendiri, Respek kepada orang-orang lain, Rasa tanggung jawab atas segala tindakan kita.

2 comments:

Sellaoncel said...

Menjadi baik tanpa merasa telah baik karena orange baik tidak Akan merasa dirinya baik. Orang baik Akan terus berbenah Dan taat pada jalan yang lurus karena dia paham surga tidak mudah dilalui begitu saja. Jadi hilangkan penyakit hati yang Akan membentuk diri menjadi lebih ego dimana Akan merusak respek pada diri sendiri untuk terus belajar lebih baik, berkurang respek kepada orang lain yg keegoisan Dan bilangnya Rasa tanggung jawab krn merasa diri selalu benar.

Unknown said...

Diri sendiri yang mengolah ladang kebajikan, maka diri sendiri pula yang mendapatkan keberuntungan.
Setiap hari dalam kehiduoan manusia merupakan lembaran yang kosong, setiap kejadian dalam kehidupan merupakan cerita yang menarik bagi setiap orang.