Tuesday, July 30, 2013

RINTANGAN



Menunda-nunda adalah salah satu kebiasaan buruk dalam sikap mental yang menjadi penyebab paling awal seseorang gagal meraih kesuksesan. Menunda-nunda atau procrastination akan menjadi suatu kebiasaan dan umumnya diakibatkan oleh beberapa kebiasaan buruk lainnya seperti misalnya bekerja asal jadi, sembarang meletakkan barang, sering memulai hal yang penting tanpa perencanaan, terlalu banyak bicara sehingga kurang mendengarkan, dst.

Kebiasaan-kebiasaan buruk memang dapat dengan mudah terbentuk dalam waktu singkat namun akan diperlukan waktu yang relatif lebih lama untuk menggantikan sebuah kebiasaan buruk dengan kebiasaan baik. Seringkali sebuah kebiasaan buruk dimulai karena adanya pemikiran negatif yang muncul pada suatu saat tersebut seperti misalnya menganggap enteng atau sebaliknya tidak percaya diri, hanya mementingkan diri sendiri, dan lagi-lagi kita mesti mawas diri karena apabila pemikiran negatif mulai menjadi kebiasaan atau bahkan mendominasi pikiran kita, maka dapat dipastikan selain akan banyak kendala yang mesti kita hadapi juga akan banyak kesempatan yang terlewatkan.
 
Berbagai pemikiran negatif tersebut lebih sering disebabkan oleh perasaan kuatir berlebihan yang bisa karena kita sebelumnya pernah mengalami kegagalan atau kejadian kurang menyenangkan namun lebih sering disebabkan oleh kurangnya informasi atau sebaliknya terlalu banyak informasi sehingga kita tidak mampu lagi dalam waktu yang terbatas untuk mencerna semua informasi tersebut. Banyak orang yang begitu dikuasai oleh perasaan kuatir gagal dan memang kemudian gagal karena bahkan tidak pernah memulai. Kalah sebelum bertanding.

Setiap orang pasti ingin meraih kesuksesan dan anda bisa mulai dengan mengatasi 4 serangkai rintangan penyebab kegagalan tersebut dan memulai dari rintangan yang paling akhir yaitu dengan menjadi orang yang optimis, berpikir positif, memperlengkapi diri dengan berbagai kebiasaan baik, rencanakan dan laksanakan.  

Thursday, July 25, 2013

TERBURU-BURU




“Wise men say only fools rush in,” demikian bait pertama sebuah lagu yang dilantunkan oleh seorang penyanyi dalam acara Fellowship nite Lions Clubs Indonesia Distrik 307-B1.

Sikap terburu-buru merupakan kebalikan dan bisa jadi disebabkan oleh sikap yang terbentuk lewat kebiasaan menunda-nunda dan seperti untaian kata dalam bait pembuka dari  lagu yang berjudul Can’t Help Falling In Love With You, kedua sikap ini tidak seharusnya menjadi pilihan bagi kita

Sikap dan tindakan terburu-buru apalagi tanpa adanya perencanaan dapat menyebabkan terjadinya hal-hal yang sama sekali tidak terduga dan/atau tidak diharapkan. 

Bila anda adalah seorang pimpinan, sikap terburu-buru dapat menimbulkan kebingungan, kepanikan dan terlewatkannya hal-hal atau informasi-informasi penting yang bisa berakibat terjadinya kesalahan-kesalahan dalam pelaksanaan karena orang-orang dalam tim  anda belum sempat memahami dengan baik mengenai penugasan dan tanggung jawab mereka. Sedangkan sikap seorang pimpinan yang suka menunda-nunda akan dapat menurunkan semangat kerja tim dan individual, memperlambat tempo dan proses kerja sehingga biaya yang lebih besar, dan tumbuhnya sikap apatisme dalam tim.
Sikap yang terbentuk dari kebiasaan menunda-nunda pekerjaan bisa jadi memang adalah penyebab utama seseorang kemudian melakukan hal-hal dengan terburu-buru karena mesti mengejar batas waktu penyelesaian.

Banyak hal yang dapat menyebabkan anda memiliki kebiasaan menunda-nunda dan salah satunya adalah kurangnya disiplin anda dalam membuat pengaturan penggunaan waktu karena banyaknya hal-hal yang nampak begitu menarik tetapi sesungguhnya tidak penting bagi anda.
 
Anda pasti memiliki sasaran-sasaran penting yang ingin direalisasikan dan sasaran-sasaran penting umumnya membutuhkan waktu pencapaian yang lebih panjang. Yang sering terjadi adalah bahwa anda tanpa sadar merasa tidak perlu untuk segera memulai langkah-langkah guna dapat merealisasikan sasaran-sasaran penting tersebut karena anda berpikir masih ada cukup banyak waktu untuk dapat melakukan langkah-langkah yang diperlukan. Bisa juga terjadi anda secara sadar menjadwalkan untuk baru memulai langkah-langkah untuk merealisasikan sasaran-sasaran penting setelah hal-hal lain karena umumnya sasaran-sasaran yang penting membutuhkan waktu lebih lama dan sumber daya yang lebih banyak sehingga anda kemungkinan akan mencoba untuk merealisasikan sasaran-sasaran yang lebih mudah seperti banyak anjuran yang sering kita dengar ketika menjalani ujian yaitu untuk mengerjakan soal-soal yang lebih mudah terlebih dahulu. Keputusan untuk menjalankan strategi ini dalam upaya merealisasikan sasaran-sasaran anda tentu saja bisa anda terapkan selama anda memang sungguh mengetahui mengenai waktu yang dibutuhkan untuk dapat merealisasikan sasaran-sasaran penting tersebut.

Salah satu cara agar anda dapat terhindar dari kebiasaan menunda-nunda adalah dengan membagi proses merealisasikan sasaran-sasaran penting kedalam beberapa tahap dilengkapi dengan batas waktu penyelesaian dari setiap tahap tersebut. Pastikan bahwa setiap tahapan dari sebuah sasaran penting anda buat sedemikian rupa sehingga dapat diselesaikan dengan baik dalam waktu yang tidak melebihi 1 hari kerja sehingga tidak akan ada langkah-langkah dari setiap tahap yang mesti dilanjutkan pada hari berikutnya. Dengan terbaginya tahapan-tahapan proses realisasi sebuah sasaran penting ke dalam fragmen-fragmen yang lebih pendek selain akan terlihat lebih mudah dilaksanakan juga akan membutuhkan sumber daya yang lebih terbatas sehingga akan dapat lebih mendorong anda untuk segera melaksanakannya. Dengan demikian anda dapat terhindar dari tekanan waktu yang sering dialami karena kecenderungan menunda-nunda dan baru memulai dengan waktu tersisa setelah selesai mengerjakan sasaran-sasaran yang sebenarnya memiliki prioritas lebih rendah.

Pastikan bahwa anda mengatur dan mempergunakan waktu anda yang berharga dengan memberikan prioritas bagi  langkah-langkah kecil yang anda susun untuk secara bertahap merealisasikan sasaran-sasaran yang penting bagi anda.

Tuesday, July 23, 2013

SUKSES




Hari Jumat 19 Juli 2013 saya berkesempatan mendengarkan dari bapak Xiong De Long, seorang pengusaha berusia 71 tahun yang sangat sukses menyampaikan tentang sukses kepada sekitar 250 peserta yang hadir pada pembukaan Konferensi Pemuda Hakka Indonesia ke 1 di Tawangmangu.

Sukses buat banyak orang diukur melalui harta benda yang dapat dimiliki dari hasil berbisnis atau pekerjaan sebagai karyawan akan tetapi pengusaha tersebut mengatakan ada 4 kriteria yang beliau pergunakan sebagai satuan pengukuran sukses yang masing-masing memiliki nilai 25%. Jadi menurut beliau bila ada seseorang yang walaupun sudah memiliki harta kekayaan melimpah tetapi belum memenuhi 4 kriteria tersebut, maka orang tersebut belum bisa dikatakan sukses.

Apabila seseorang sudah memiliki harta kekayaan melimpah dan orang-tuanya merasa sungguh bersyukur telah melahirkan seorang anak yang berbakti kepada orang-tua, itu artinya orang tersebut baru 25% sukses.

Keluarga adalah orang-orang paling dekat dengan kita dan menurut pengusaha tersebut bila seseorang sudah memiliki kekayaan melimpah, berbakti kepada orang-tuanya, isteri atau suami serta anak-anaknya menghormati dirinya, orang tersebut 50% sukses.

Kriteria ketiga untuk mengukur kesuksesan seorang adalah kepemimpinan dimana seseorang yang berhasil memiliki kekayaan harta benda yang melimpah, berbakti kepada orang-tuanya, isteri atau suami serta anak-anaknya menghormati dirinya, dihormati para karyawan dan rekan-rekan sekerja atau sejawatnya oleh karena kepemimpinan dan kebijaksanaannya, orang tersebut 75% sukses.

Kriteria yang keempat adalah memiliki jiwa sosial karena memiliki kekayaan melimpah tidak akan ada artinya tanpa adanya keinginan untuk memberikan bantuan sosial kepada mereka yang membutuhkan. Seseorang yang berhasil memiliki kekayaan harta benda yang melimpah, berbakti kepada orang-tuanya, isteri atau suami serta anak-anaknya menghormati dirinya, dihormati para karyawan dan rekan-rekan sekerja atau sejawatnya oleh karena kepemimpinan dan kebijaksanaannya, suka memberikan bantuan dana, tenaga dan empati kepada orang-orang yang membutuhkan, orang tersebut baru dapat dikatakan 100% sukses.

Wednesday, July 17, 2013

BERMAIN






Kita semua sudah pasti pernah menjalani masa kanak-kanak dan terlepas dari bagaimanapun keadaan lingkungan sekitar dimana kita hidup dalam masa yang berlangsung selama beberapa belas tahun sebelum memasuki usia dewasa muda tersebut, ikut bermain dalam berbagai jenis permainan dan keberanian mencoba berbagai hal baru karena rasa ingin tahu adalah salah satu ciri mendasar masa kanak-kanak.
Dalam kegiatan bermain tersebut ada banyak percobaan yang dilakukan berulang kali dalam upaya untuk mendapatkan cara-cara atau trik-trik baru untuk dapat meraih kemenangan maupun untuk hanya sekedar mengikuti intuisi dan kita tidak terlalu memikirkan secara terlalu rumit mengenai berbagai peluang meraih kemenangan tetapi lebih pada menikmati saat-saat bermain tersebut.


Beberapa waktu yang lalu seorang pengusaha dan juga seorang dokter yang sudah sangat sukses, dalam acara pertemuan tahunan kelompok perusahaannya dimana saya berkesempatan hadir, menceritakan mengenai bagaimana dirinya menikmati kegiatan bisnis seperti layaknya sebuah permainan.  Walaupun pada dasarnya semua strategi dalam dunia bisnis disusun untuk dapat meningkatkan kemampuan mendapatkan posisi dan pangsa pasar dalam situasi penuh persaingan, namun pengusaha tersebut lebih cenderung untuk menciptakan permainan (baca produk inovatif) atau bahkan ruang untuk bermain (baca ceruk pasar) tersendiri.

Karena seperti juga dalam hampir semua jenis permainan dalam masa kanak-kanak, ada banyak hal-hal yang tidak terduga dan belum pernah dialami serta mudah dengan cepat berubah, maka sikap eksperimentatif dan eksploratif tanpa terlalu banyak membatasi pemikiran dengan berbagai pertimbangan-pertimbangan dan asumsi-asumsi akan dapat mendorong kreativitas dan spontanitas dalam penggunaan kemampuan akal seperti ketika kita sedang bermain.

Pengusaha tersebut menambahkan bahwa dengan mempergunakan prinsip dan pola pikir bermain seperti layaknya anak-anak yang menikmati waktu bermain mereka, beliau tidak pernah merasa lelah apalagi bosan karena ada perasaan senang dapat menikmati permainan.

Mengenai tolok ukur keberhasilan dalam kegiatan bisnis yang umumnya adalah dengan satuan nilai uang, lebih lanjut pengusaha yang menerapkan prinsip 3S yaitu self Satisfaction, customer Satisfaction dan God Satisfaction tersebut mengatakan bahwa yang terpenting adalah hasil (baca nilai tambah progresif) dari kegiatan bisnis yang dilakukan melalui pola pikir dan sikap hidup yang beliau pergunakan yaitu  mudah-mudahankalau tidak tercapai yang diinginkan – tidak apa-apa dan terus mencoba mencari cara-cara lain dalam menikmati saat-saat bermain seperti sifat anak kecil yang senang bermain.

Ketenangan batin dan kebahagiaan yang selalu ingin didapatkan oleh semua orang memang baru akan sungguh dapat dirasakan manakala kita memiliki pola pikir yang bukan hanya sekedar menang atau kalah tetapi dapat menikmati perjalanan hidup seperti sebuah permainan yang menarik dan menghadapi berbagai tantangan dengan terus mencoba cara-cara baru seperti ketika anda masih kanak-kanak dengan rasa ingin tahu yang besar mencoba berbagai permainan yang menyenangkan.