Friday, November 30, 2012

THINKING OUTSIDE THE BOX




 
Beberapa bulan belakangan ini dan bahkan sudah beberapa tahun pembicaraan mengenai subsidi BBM telah berlangsung dan beberapa upaya telah dilakukan oleh para pihak yang berwenang namun nampaknya belum bisa didapatkan jalan keluar terbaik bagi semua pihak.





Memuaskan semua pihak? Tentunya bukan perkara mudah untuk mendapatkan solusi yang dapat memuaskan semua pihak. Namun cara-cara himbauan moral hingga mencoba membatasi subsidi lewat hari bebas bbm premium yang bersubsidi bukannya tidak bermanfaat sama sekali tetapi dapat dipastikan tidak akan efektif dan bahkan dapat menimbulkan gangguan pada aktivitas rutin masyarakat.

 
Dapat dibayangkan bahwa 1 hari sebelum dan sesudah hari H, masyarakat akan antri di SPBU. Jadi apakah secara keseluruhan konsumsi bbm bersubsidi akan berkurang? Tentu saja jawabannya adalah tidak karena bbm adalah energi yang dapat disimpan untuk digunakan kemudian. 




Lain halnya dengan energi listrik yang memang bila dipadamkan oleh PLN, tentu masyarakat pengguna tidak bisa membeli listrik sehari sebelumnya dan bukannya tidak bisa  menyimpan terlebih dahulu tetapi masih sangat mahal biaya untuk menyimpan tenaga listrik secara memadai. Semoga PLN tidak ikut latah mengadakan hari tanpa listrik dengan alasan penghematan energi.

Energi yang bersumber dari minyak dan gasbumi dan energi dari sumber-sumber alternatif lainnya memang sangat dibutuhkan untuk dapat menunjang kehidupan modern. Masyarakat pengguna tentu diharapkan dapat secara bijak mengatur penggunaannya, namun cara-cara yang dipilih juga seharusnya tidak menciptakan disrupsi dalam kegiatan-kegiatan masyarakat. Antrian yang panjang jelas memboroskan waktu yang akan berakibat pada produktivitas manusia.

Selama ini apabila kita perhatikan, yang diupayakan oleh berbagai pihak yang berwenang dalam upaya mengurangi beban subsidi bbm premium adalah hanya dengan menaikkan harga premium dan/atau mencoba membatasi konsumsi bbm premium lewat pengurangan pasokan seperti langkah yang rencananya akan dilakukan dengan slogan “hari tanpa bbm bersubsidi” yang seperti sudah saya coba jelaskan secara singkat dalam tulisan ini hanya akan menimbulkan ekses antrian dan berkurangnya produktivitas serta disrupsi dalam kegiatan-kegiatan rutin masyarakat.

BBM premium bersubsidi memang seharusnya  ditujukan untuk dapat digunakan oleh golongan masyarakat dengan kemampuan ekonomi terbatas yang mempergunakan kendaraan angkutan umum perkotaan. Jadi perlu dibuat peraturan pemerintah yang mengatur penjualan bbm premium bersubsidi tersebut hanya untuk angkutan umum di seluruh SPBU. Dan pada saat yang bersamaan, untuk dapat meningkatkan animo masyarakat dari golongan sosial ekonomi yang lebih memiliki kemampuan untuk mempergunakan bbm non subsidi, harga dari bbm non subsidi tersebut bisa diturunkan misalnya menjadi Rp.6,000 per liter dari yang sekarang berlaku yaitu hingga 2 kali lipat dari harga bbm premium bersubsidi. Menurunkan harga bbm non subsidi adalah sebuah langkah yang didasari pada prinsip “thinking outside the box”

Mungkin saja selama ini sudah ada dibicarakan oleh pemerintah dalam hal ini BUMN terkait dan/atau para anggota DPR tentang ide yang saya pikirkan di luar kotak atau thinking outside the box tersebut.

Memang keputusan untuk menaikkan harga adalah solusi paling mudah tetapi tentunya pemerintah dengan mempergunakan data konsumsi yang ada selama ini dapat melakukan melakukan upaya-upaya yang didasari prinsip thinking outside the box dengan sebelumnya melakukan analisa dan perhitungan terlebih dahulu  sebelum menjalankannya. Namun secara hitungan kasar, apabila bbm premium bersubsidi hanya dipergunakan oleh angkotan umum perkotaan sedangkan para pengguna kendaraan pribadi beralih mempergunakan bbm non subsidi dan membayar harga yang ditetapkan lebih tinggi seperti misalnya Rp.6,000 per liter, walaupun mungkin ada yang berpendapat bahwa hal tersebut tidak beda dengan memindahkan beban subsidi ke bbm non subsidi, namun dapat dihitung adanya tambahan pemasukan yang besar sebagai akibat beralihnya para pengguna kendaraan pribadi ke bbm non subsidi.


Masyarakat umum juga akan dapat secara cerdas berhitung apakah akan terus menggunakan kendaraan pribadi atau beralih mempergunakan kendaraan angkutan umum sehingga hal tersebut juga dapat membantu mengurangi kemacetan parah di jalan yang tentunya juga adalah salah satu penyebab pemborosan energi.

No comments: