Monday, October 22, 2012

KEMASAN



Meminimalkan Carbon Footprint

Desain dan ukuran kemasan pada dasarnya berfungsi sebagai wadah untuk menampung dan melindungi produk yang dikemas mulai sejak tahapan purna produksi, dalam penyimpanan di gudang pabrikan, dalam transportasi ke pedagang besar hingga pengecer dan bahkan dalam lemari konsumen di rumah.

Kemasan harus mampu tidak saja melindungi produk yang dikemas yang dapat berupa benda padat atau cair dari pengaruh temperatur maupun lingkungan namun juga perlu didesain dengan menarik.

Namun dalam perkembangannya, terutama pada industri makanan ringan dan camilan, desain kemasan tidak saja harus tampil menarik dan dihias dengan gambar ilustrasi yang dapat menarik, namun juga diisi dengan udara sehingga dari tampilan nampak jauh lebih besar padahal dengan isi produk yang seharusnya dapat dikemas dengan volume kemasan hingga sepersepuluhnya.

Taktik pemasaran dengan menggelembungkan kemasan sehingga nampak seolah-olah isi kemasan lebih banyak dilakukan oleh hampir seluruh perusahaan yang memproduksi dan menjual camilan / makan ringan dan hal tersebut tentu sah-sah saja selama memang isi netto yang dituliskan pada kemasan memang sesuai dengan kenyataannya. Konsumen yang mengetahui setelah membeli akan dapat memutuskan pilihan produk dengan rasa yang sesuai dengan selera mereka.

Apakah memang seharusnya demikian dan tidak ada cara lain untuk memenangkan persaingan merebut hati konsumen selain dengan kemasan berisi udara?

Dengan kemasan yang berisi udara tersebut, biaya logistik mulai dari biaya handling sejak produk dikemas, biaya penyimpanan di gudang (baik di gudang pabrik maupun di gudang-gudang pedagang besar hingga pengecer di pasar), biaya transportasi (baik di tingkat pabrikan hingga pedagang besar dan pengecer) akan meningkat sangat tinggi.

Bayangkan saja sebagai contoh sebuah truk yang dapat mengangkut kurang-lebih 200 box ukuran 36 X 20 X 24 dengan bobot 10 hingga 20 kg per box dipergunakan untuk box dengan ukuran sama namun hanya memiliki bobot 1 kg hingga 2 kg setiap box. Sehingga dalam 1 kali pengiriman, biaya-biaya gaji sopir dan kenek, biaya bahan-bakar dan biaya penyusutan kendaraan menjadi 10 X lebih tinggi karena daya angkut tidak dipergunakan secara optimal.

Demikian juga pada penggunaan luas ruang horizontal dan vertikal di gudang penyimpanan baik di pabrikan, pedagang besar dan pengecer serta apabila rak yang dipergunakan untuk memajang produk juga mesti dibayar seperti yang sudah lazim diberlakukan saat ini.

Mengingat biaya logistik yang merupakan komponen biaya yang signifikan terutama dengan adanya biaya bahan bakar ditambah kemacetan di jalan, demikian pula harga sewa lahan per meter persegi yang terus meningkat, apakah tidak dipikirkan untuk menggunakan ukuran kemasan yang memang sesuai?

Selain konsumen juga mungkin akan mendapatkan harga produk yang lebih murah, perusahaan tidak saja dapat mengurangi biaya logistik namun juga dapat mengurangi biaya produksi dengan tanpa perlu proses mengisi udara ke dalam kemasan yang tentunya memerlukan peralatan tambahan. 



Biaya kemasan juga akan menjadi lebih rendah karena ukuran yang lebih kecil membutuhkan bahan lebih sedikit dan penggunaan tinta cetak dekorasi yang juga lebih sedikit tentunya. Produktivitas pekerja dan alat-alat produksi juga akan meningkat selain perusahaan-perusahaan juga akan dapat meminimalkan carbon footprint yang mereka hasilkan.

Rekan-rekan di divisi pengembangan bisnis dan pemasaran tentu dapat memikirkan strategi, taktik pemasaran dan ide-ide inovatif untuk dapat memenangkan hati konsumen dan pada saat bersamaan dapat ikut meniadakan beban lingkungan hidup yang tidak seharusnya ada.

Pada akhirnya konsumen yang cerdas akan memilih produk-produk yang berkualitas dan memberikan variasi rasa yang mereka sukai dibandingkan penampilan kemasan yang hanya memberikan kesan lebih banyak isinya.

No comments: