Dalam acara peluncuran buku seorang teman hari ini, saya diperkenalkan dengan seorang ibu berusia 68 tahun yang ternyata adalah tante dari seorang teman baik saya sejak sekolah menengah pertama. Perbincangan sekitar 20 menit dengannya tersebut telah memberikan perspektif tentang sikap dan perlakuan yang seharusnya kita miliki terhadap anggota keluarga kita sendiri.
Ada 2 kekeliruan yang sering kita lakukan tanpa kita sadari dalam menerapkan sikap dan perlakuan kita terhadap anggota keluarga kita:
Kekeliruan pertama adalah ketika kita mencoba mendidik anak-anak kita dengan mempergunakan pola seperti yang kita alami dari orang tua kita ketika kita masih anak-anak. Padahal mungkin sudah sering kita mendengar bahwa pola atau metode pendidikan yang tepat untuk anak-anak adalah yang sesuai dengan zaman mereka, bukan zaman ketika kita masih anak-anak. Tentu saja tetap ada nilai-nilai luhur yang perlu dipertahankan namun ada nilai-nilai yang berubah seiring perkembangan zaman.
Kekeliruan kedua adalah ketika kita bersikap terhadap orang tua kita. Dan perlu kita sadari dalam hal ini bahwa kita belum pernah tua sehingga memang tidak ada pengalaman apapun bagaimana perlakuan dan sikap yang diharapkan oleh orang-orang yang sudah tua.
Ketika topik pembicaraan mengalir mengenai panti wulan (warga usia lanjut) atau biasa disebut panti wreda atau bahkan sering disebut (maaf) panti jompo, penulis dan juga seorang teman lain mengatakan bahwa adalah tidak selayaknya sebagai anak-anak yang telah dilahirkan dan dibesarkan mengirimkan orang tua kita ke panti wreda yang walaupun ada panti yang mematok biaya sebesar 13 juta Rupiah perbulan. Namun ibu tersebut dengan kebijaksanaan orang seumurnya menjelaskan bahwa tidak semua anak yang mengirimkan orang tua mereka ke panti wreda karena mereka tidak lagi menyayangi dan menghormati orang tua mereka. Ada banyak hal lain yang perlu menjadi pertimbangan karena manusia adalah makhluk sosial dan membutuhkan interaksi dengan manusia lainnya. Rasa kesepian karena selalu sendirian terutama untuk warga lanjut usia yang sudah tidak memiliki pasangan hidup mereka sering sekali menjadi penyebab dari menurunnya secara drastis kualitas hidup mereka walaupun masih tinggal serumah atau dekat dengan tempat tinggal anak-anak mereka karena kurangnya perhatian dari anak-anak mereka dikarenakan kesibukan dalam mengurus usaha dan/atau pekerjaan atau dalam mengurus rumah tangga bagi yang juga telah berkeluarga. Menurut beliau, panti wreda yang memang dikelola dengan baik akan merupakan sebuah alternatif yang layak dipertimbangkan.
Namun beliau juga menambahkan bahwa perlakuan dan sikap yang seharusnya kita miliki dan diharapkan oleh orang tua kita adalah dengan mendengarkan pendapat orang tua kita karena ada dari mereka yang mungkin saja memilih untuk tinggal di panti wreda dibandingkan hidup kesepian sepanjang hari di rumah sendiri. Tentu saja akan tidak mudah menerima permintaan dari orang tua kita yang memilih untuk tinggal di panti wreda, karena akan ada saja yang beranggapan bahwa kita telah menjadi anak yang durhaka kepada orang tua.
Ada sebuah kisah yang mungkin bisa menjadi renungan yaitu dalam sebuah kunjungan ke salah satu panti wreda, ketika tiba acara makan siang bersama karena ada salah seorang lanjut usia yang sedang sakit sehingga perlu dibantu disuapkan makanan. Orang tua tersebut menangis dan mengatakan bahwa anak-anaknya saja tidak pernah ada yang menyuapi dia makanan ketika dia sakit seperti waktu itu. Yang menyuapkan makanan dan sebagian besar lainnya juga kemudian menangis karena menyadari bahwa mereka juga belum pernah memperlakukan orang tuanya sendiri seperti yang dikatakan oleh orang tua tersebut.
Cerita yang lain justeru dari seorang lagi teman baik sejak sekolah menengah atas yang hari ini juga sedang merayakan hari ulang tahun ke 81 dari ibunya tercinta. Ibunya masih tinggal serumah dengannya dan tentu bisa dibayangkan kebahagiaan beliau mempunyai anak dan menantu yang ditengah segala kesibukan mengurus berbagai bisnis mereka masih selalu memperhatikan orang tua dan mertua mereka dengan sangat telaten.
Bagaimana dengan pilihan kita?
Bumi Serpong Damai
11.11.11
No comments:
Post a Comment