Monday, November 7, 2011

3 Pohon Durian


Apakah yang terlintas dalam pikiran anda ketika ada tetangga yang datang memberitahukan bahwa anak mereka mengalami kecelakaan lalu lintas dan perlu segera dioperasi sehingga mereka perlu bantuan pinjaman uang untuk membayar biaya rumah sakit?

Jika anda pada saat tersebut memang memiliki uang yang dibutuhkan oleh tetangga tersebut namun anda mungkin memiliki rencana penggunaan uang tersebut untuk hal yang lain, apakah anda akan serta merta mengiyakan permintaan tolong dari tetangga anda tersebut?

Kisah ini adalah sebuah kejadian nyata yang terjadi pada tahun 2003 dan dialami oleh suami isteri yang keduanya adalah teman penulis sejak SMA. Mereka berdua sejak tahun 1998 atau sekitar 13 tahun lalu pindah dari Jakarta untuk mengabdikan diri mereka melayani para pecandu narkotika yang mengikuti program rehabilitasi di tempat tinggal mereka yang baru di desa Cepoko, Gunung Pati, Jawa Tengah. Papi dan Mami, begitu mereka biasa dipanggil oleh para pecandu yang sedang mengikuti program rehabilitasi di Rumah Damai tersebut.


Pagi hari itu kami berdua berdiri di halaman depan sambil melihat 3 pohon durian yang berdiri berjajar di tanah tetangga sebelah yang sedang banyak buahnya karena memang sudah mulai masuk musimnya. Teman saya menceritakan kembali bahwa di tahun 2003 tersebut mereka mendapatkan persembahan sebesar 10 juta Rupiah yang belum dia pikirkan untuk apa penggunaannya dan keesokan harinya tetangga mereka datang meminta bantuan pinjaman sebesar 7 juta Rupiah karena anaknya mengalami kecelakaan lalu lintas dan koma. Walaupun teman saya menduga bahwa besar kemungkinan tetangganya itu tidak akan bisa mengembalikan pinjaman tersebut namun dia memberikan uang sebesar 7 juta Rupiah yang diperlukan oleh tetangganya itu.  3 hari kemudian tetangganya kembali datang untuk meminjam lagi sebesar 3 juta Rupiah untuk membayar seluruh biaya rumah sakit sehingga dapat membawa pulang anaknya yang karena Kemurahan Tuhan berhasil diselamatkan walaupun sebelumnya sudah sempat dalam keadaan koma. Teman saya tersebut memberikan sisa uang 3 juta Rupiah tersebut kepada tetangganya.
Keesokan harinya tetangga tersebut datang dan mengatakan bahwa mereka tidak sanggup membayar hutang sebesar Rp.10 juta tersebut namun mereka akan membayarnya dengan tanah. Teman saya langsung memilih tanah yang bersebelahan dengan pekarangan dimana ada tumbuh 3 pohon durian dan berpikir bahwa hal tersebut tentu akan menguntungkan. Namun ketika hal tersebut disampaikan pada isterinya setibanya kembali di rumah ternyata isterinya mengatakan "kamu tolong tapi kamu rampok karena mereka selama ini hidup dari hasil pohon-pohon tersebut setiap tahun dan sekarang kamu ambil." Teman saya tersebut menyadari kekhilafannya dan kemudian menemui tetangga mereka lalu meminta maaf serta mengatakan bahwa dia tidak jadi mengambil bidang tanah yang ada pohon-pohon durian tersebut. Teman saya mengatakan bagaimana dia masih ingat dengan jelas bagaimana senyum terpancar dari wajah-wajah keluarga tersebut. Kemudian tetangganya menawarkan tanah mereka yang berada di bagian belakang dan teman saya menyetujui. Di tempat tersebut sekarang sudah berdiri ruang doa dan tetangga mereka masih memiliki pohon-pohon durian tersebut.

Tahun ini seperti yang kami lihat di pagi hari tersebut, pohon-pohon durian tersebut berbuah lebat sekali yang tentunya akan memberikan tetangganya tersebut mendapatkan cukup uang untuk kehidupan mereka hingga 1 tahun ke depan.


Mungkin kita semua juga akan punya pemikiran yang sama seperti teman saya tersebut ketika ada orang yang berhutang kepada kita membayar dengan tanah tentunya ingin mendapatkan yang terbaik buat kita. Namun sungguh sebuah anugrah memiliki pasangan hidup yang dapat mengingatkan kita bahwa tidak semua pertolongan harus ada perhitungan seperti yang biasa ada dalam dunia bisnis. Sebuah kebijaksanaan dalam pemikiran berlandaskan kasih yang melampaui logika umum yang biasa kita pergunakan dalam soal uang dan harta benda.


Desa Cepoko, Gunung Pati, Jawa Tengah
28 Oktober 2011

No comments: