Thursday, October 10, 2013

KOQ?




Sebuah artikel dalam Harvard Business Review edisi Juni 2009 ada menyebutkan bahwa mayoritas orang lebih percaya kepada seorang yang masih asing bagi mereka dibandingkan kepada atasan mereka.

Mengejutkan karena secara logika bukankah seharusnya kita lebih percaya kepada orang-orang yang sudah kita kenal?  Jadi bagaimana mungkin situasi demikian bisa terjadi?

Salah satu rangkuman dari sebuah survei yang dilakukan tahun 2012 terhadap 1,000 orang pekerja menyebutkan 65% dari responden mengatakan bahwa mereka memilih bisa memiliki atasan yang lebih baik dibandingkan mendapatkan kenaikan gaji.  

Studi yang dilakukan pada 1995, 2000, 2005 dan 2010 oleh McKinsey menunjukkan bahwa efektivitas  perubahan ternyata hanya sebesar 30%. Apakah rasa tidak percaya kepada atasan tersebut yang telah mengakibatkan kenyataan bahwa  70% dari upaya-upaya yang dilakukan oleh para pemimpin untuk melakukan perubahan ternyata tidak efektif dan gagal mencapai sasaran-sasaran yang diharapkan?

Padahal dapat dipastikan sudah ada tidak kurang dari puluhan ribu judul buku tentang kepemimpinan sudah pernah ditulis dan mungkin sudah milyaran dollar dana yang diinvestasikan perusahaan-perusahaan untuk berbagai program-program kepemimpinan.

Kenyataan lain yang mungkin sudah sering kita dengar dari banyak sekali orang-orang yaitu mengenai apa yang sering dikatakan bahwa orang-orang dengan kemampuan dan potensi tinggi yang memiliki ekspektasi untuk dapat bergabung dengan sebuah perusahaan yang bagus menurut pendapat umum tetapi kemudian setelah bekerja berapa saat kemudian mereka mengundurkan diri sebenarnya adalah karena meninggalkan atasan mereka dibandingkan karena alasan meninggalkan perusahaan.

Pagi ini saya mendapat beberapa pertanyaan dari seseorang yang sudah bekerja selama 19 tahun pada sebuah perusahaan skala besar dalam industrinya, namun dia berencana untuk bergabung dengan perusahaan lain dan salah satu pertanyaannya adalah apakah dia perlu menyampaikan alasan sesungguhnya mengapa dia memutuskan untuk mengundurkan diri.

Dalam kenyataannya, mayoritas orang-orang yang mengundurkan diri akan memilih untuk tidak mengatakan alasan sebenarnya pengunduran diri mereka kepada atasan mereka. 

Bagi kita yang sudah menjadi pemimpin atau akan menjadi pemimpin, mudah-mudahan artikel ini bisa menjadi sebuah renungan untuk mencoba memahami dan mengatasi faktor-faktor yang telah menyebabkan krisis kepercayaan kepada para pemimpin.

No comments: