Tuesday, July 16, 2013

BEDA GENERASI




Ketika saya memulai karir pada tahun 1980, merupakan suatu keadaan yang biasa didapati dalam manajemen perusahaan dimana semakin tinggi jabatan yang dimiliki seseorang, maka kemungkinan besar usia orang tersebut juga sudah tidak muda lagi.  Pada masa tersebut umum didapati pada perusahaan-perusahan bahwa usia para anggota direksi lebih tua dibandingkan orang-orang dalam tingkatan manajemen di bawah mereka. 

Tahun 1996 ketika bergabung sebagai CFO di salah satu perusahaan multinasional yang beroperasi di Indonesia, saat itu saya berusia 35 tahun dan merupakan anggota termuda dari 8 orang yang merupakan Management Committee perusahaan. Beda usia antara saya dengan rekan-rekan adalah antara 5 hingga 17 tahun.

Sejak sepuluh tahun belakangan ini, usia dari mereka yang menjabat sebagai direksi perusahaan semakin muda dan fenomena umum yang sering didapati sangat berbeda pada era sekarang ini dibandingkan masa-masa sebelumnya adalah bahwa usia yang jauh lebih tua belum tentu berarti memiliki jabatan yang lebih tinggi. Bahkan pada tingkat dewan komisaris, dewan direksi atau manajemen puncak perusahaan bisa saja terdapat perbedaan usia yang cukup mencolok antara satu posisi dengan posisi lainnya dengan adanya perbedaan generasi.

Orang-orang dalam generasi yang sama saja bisa jadi memiliki beragam sikap, perilaku, motivasi, kebiasaan kerja dan ekspektasi.  Sehingga apabila ada perbedaan generasi tentu diperlukan upaya-upaya pemahaman yang lebih baik antar pihak mengenai generasi masing-masing agar bisa bekerjasama dengan baik. Adanya perbedaan-perbedaan dalam cara berkomunikasi, dimana sebagai contoh generasi yang lebih tua masih terbiasa dengan phone-book sedangkan generasi yang lebih muda sudah lebih terbiasa dengan facebook, akan sangat perlu diperhatikan agar tidak menjadi perbedaan yang semakin lebar yang dapat berujung pada miskomunikasi atau bahkan konflik.

Beberapa hari yang lalu saya memberikan  presentasi kepada dewan direksi dan manajemen puncak sebuah perusahaan dimana presiden direktur berusia 35 tahun, direktur keuangan berusia sekitar 50 tahunan, direktur pemasaran 46 tahun dan manajer IT baru berusia 28 tahun. Perbedaan dalam hal gaya dan cara-cara berkomunikasi di antara mereka terlihat sangat kontras. Bukan saja masing-masing mempergunakan perangkat kerja yang berbeda mulai dari lap-top computer yang memang sudah umum dipergunakan, iPad, tablet, hingga bahkan jam tangan yang terhubung lewat blue-tooth yang dapat menampilkan pesan dan surat elektronik yang masuk, tetapi masing-masing dari mereka juga mempergunakan media komunikasi sosial serta perspektif atau sudut pandang yang berbeda. Mungkin dalam waktu tidak lama lagi akan banyak orang-orang mempergunakan jam tangan yang dapat menampilkan berbagai pesan singkat dan surat elektronik tersebut atau bahkan mempergunakan kaca mata yang sekaligus dapat menampilkan berbagai informasi.

Setiap generasi tentu akan memiliki ciri-ciri yang berbeda. Generasi yang dilahirkan hingga awal tahun 1960-an yang sering juga disebut baby boomers tentu akan memiliki perbedaan-perbedaan dalam berbagai aspek kehidupan dengan mereka yang dilahirkan antara akhir tahun 1960-an hingga awal tahun 1980-an atau generasi X, misalnya dalam hal etos kerja, pemilihan lingkungan kerja, penggunaan teknologi, dan bahkan dalam hal sumber motivasi.  

Pada beberapa dekade yang lalu akan lebih mudah menebak posisi seseorang dalam sekelompok eksekutif perusahaan dari usia mereka. Umumnya semakin tinggi jabatan dalam hirarki perusahaan akan berkorelasi langsung dengan usia si pemangku jabatan sehingga yang biasa menjadi mentor adalah mereka yang sudah memiliki pengalaman kerja lebih banyak dan umumnya juga memiliki jabatan yang lebih tinggi.  Saat sekarang ini bisa saja didapati para eksekutif perusahaan maupun dalam organisasi sosial yang memiliki jabatan lebih tinggi walaupun usia mereka jauh lebih muda. Bahkan dalam dunia korporasi saat ini juga sudah banyak generasi berikut yang diberi label generasi Y atau generasi Millennial yaitu orang-orang yang lahir antara akhir tahun 1980-an hingga akhir tahun 1990-an yang memiliki jabatan lebih tinggi dibandingkan generasi-generasi sebelum mereka. Konflik antar generasi dalam struktur manajemen organisasi perlu untuk dapat dihindari dengan adanya pemahaman akan perbedaan-perbedaan mendasar yang memang dipastikan ada antar generasi.
 
Untuk dapat mengurangi akibat-akibat negatif dari adanya perbedaan generasi dalam hirarki perusahaan maupun organisasi, pada akhir tahun 1990-an pada banyak perusahaan multinasional dilakukan  “reverse-mentoring” dimana seorang mentor bisa saja adalah orang yang jauh lebih muda usia namun memiliki pengetahuan dan “pengalaman” yang jauh lebih baik yang biasanya berkaitan dengan penggunaan teknologi informasi. Seperti kita ketahui bahwa pada tahun-tahun menjelang tahun 2000 ada kekuatiran akan kemungkinan terjadinya masalah besar pada program-program komputer yang disebut dengan istilah Y2K atau millennium bugs yang kemudian dapat dihindari berkat persiapan-persiapan yang dilakukan.

Jack Welch yang pada dekade 1990-an adalah CEO General Electric juga dalam banyak kesempatan sering menyampaikan kepada para senior manajer mengenai perlunya untuk mendapatkan pengetahuan khususnya yang berkaitan dengan bidang teknologi informasi dari para staff perusahaan yang usianya jauh lebih muda dibandingkan mereka namun mereka memang memiliki pengetahuan dan “pengalaman” lebih baik dalam bidang tersebut.

Tentunya akan diperlukan beberapa kondisi untuk memungkinkan “reverse-mentoring” tersebut dapat berjalan dengan baik. 


Orang-orang pada posisi lebih senior yang sudah menjabat sebagai anggota dewan direksi tentunya perlu memiliki “kerelaan” untuk mendapatkan bimbingan dari rekan-rekan mereka yang jauh lebih muda usia dan memiliki “jam terbang” organisasi yang relatif singkat serta mungkin saja memiliki sikap ambisius namun memang memiliki pengetahuan dalam bidang teknologi informasi yang dibutuhkan perusahaan. Ada masih cukup banyak orang yang menganggap dan menyebut generasi yang lebih muda dari mereka sebagai “anak-anak.” Sebuah sikap dan perilaku yang tentunya perlu dihindari.

Pada saat bersamaan, para rekan-rekan yang jauh lebih muda usia juga perlu belajar bersimpati pada mereka yang sudah berusia jauh lebih tua untuk tidak sampai “terlihat bodoh” dalam penggunaan teknologi informasi maupun media sosial elektronik dalam keseharian tugas-tugas mereka.

Menetapkan sasaran-sasaran jelas dan terukur yang ingin dapat direalisasikan dalam menjembatani perbedaan generasi yang ada lewat “reverse-mentoring” tersebut akan sangat membantu kedua belah pihak terhindar dari konsepsi yang keliru tentang perbedaan generasi karena memang  tidak ada benar atau salah dalam hal perbedaan generasi melainkan masing-masing generasi tersebut harus berusaha untuk lebih mendekatkan relasi lewat kegiatan saling belajar karena lewat “reverse-mentoring” tersebut juga secara tidak langsung generasi yang lebih muda bisa belajar dan menyerap pengalaman generasi yang lebih tua.

No comments: