Kita
tentu boleh saja mempunyai harapan
dan keinginan akan suatu sikap yang perlu dimiliki dan/atau tindakan2 yang perlu dilakukan
oleh
pemimpin kita.
Namun
kita perlu menyadari bahwa dalam posisi
sebagai pemimpin, akan tersedia sudut pandang yang berbeda, ada dalam situasi serta tekanan kesulitan yang sangat berbeda, perlu banyak pertimbangan yang mesti memasukkan begitu banyak
faktor dan juga mendengarkan pertimbangan2 dari banyak orang agar dampak2 negatif bilamana terjadi bisa seminimal mungkin atau agar dampak2 positif yang diharapkan bisa maksimal dari setiap keputusan yang dibuat oleh seorang pemimpin.
Apa
yang kita dengarkan lewat radio dan/atau televisi, yang kita baca di media2
sosial, baik dalam bentuk tercetak maupun elektronik, adalah suara2 dan/atau komentar2
yang lebih banyak hanya berupa sindiran atau cemoohan, kritikan yang jauh dari sikap
sportif, guyonan2 yang tidak perlu, bahkan sikap, perilaku, saran2 serta ucapan2
yang menampakkan sosok yang sok tau, sok pintar, dan
orang2 tersebut merasa diri memiliki pendapat
paling benar dan paling tepat,
yang menurut orang2 semacam
ini adalah sikap dan/atau tindakan yang mesti dilakukan pemimpin kita.
Orang2 tersebut merasa bahwa diri
mereka paling mengetahui banyak hal
dan merasa
berhak untuk bicara apa saja seturut pemikiran mereka serta sama sekali tidak memiliki empati akan kesulitan2
yang dihadapi pemimpin mereka.
Mungkin
saja orang2 tersebut berkata-kata
karena mengandaikan
diri
berada pada posisi sebagai pemimpin yang mereka persalahkan. Andaikan saja bisa sesederhana seperti itu, tentu seorang
pemimpin akan dengan mudah menyelesaikan setiap permasalahan yang dihadapinya. Namun perlu kita semua menyadari bahwa tidaklah bisa dengan hanya
mengandaikan diri atau berteori atau bahkan dengan menggunakan
pengalaman
diri sendiri sehebat apapun, kecuali bagi mereka yang memang pernah
menjabat dalam posisi yang sama namun tetap saja perlu diingat bahwa asumsi ceteris
paribus tidak bisa begitu saja digunakan, sehingga merasa berhak mengatakan kepada
pemimpin kita harus begini atau harus begitu untuk mengatasi persoalan2 yang dihadapinya. Sadarilah bahwa ketika kita benar2 ada dalam
posisi sebagai pemimpin, segala sesuatunya akan nampak dan berdampak berbeda.
Apakah kita juga sama atau akan jadi
sama seperti orang2 sok tau, sok pintar dan merasa paling benar sehingga
begitu mudahnya memberikan komentar, pendapat,
opini, cemoohan, guyonan, kritik yang hanya untuk memperkeruh keadaan, dan
banyak hal negatif lainnya sehingga tepat seperti dua pepatah yaitu “tong kosong nyaring
bunyinya” dan “seperti katak di bawah tempurung”?
Di tahun 2015 ini, Hari Nyepi baru akan
diperingati pada tanggal 9 Maret, namun kita mungkin dapat dan bahkan perlu
untuk mencoba mengambil sikap Nyepi pada saat ini dengan tidak menjadi orang2
yang terus menerus bicara akan tetapi menciptakan suasana hening selama paling tidak
sehari yang dapat memberikan kesempatan kepada pemimpin kita untuk
mempertimbangkan semua hal dengan lebih tenang sehingga dapat membuat keputusan
terbaik bagi kita semua.
No comments:
Post a Comment