KASIH IBU,
KEPADA BETA,
TAK TERHINGGA
SEPANJANG MASA
HANYA MEMBERI,
TAK HARAP KEMBALI,
BAGAI SANG SURYA
MENYINARI DUNIA
Hampir dapat dipastikan bahwa kita
pernah mendengar atau bahkan menyanyikan lagu KASIH IBU.
Lirik lagu yang sangat sederhana namun
sangat penuh arti yang ditulis oleh SM Mochtar tersebut memang sangat singkat
untuk ukuran sebuah lagu namun telah menggambarkan dengan sangat jelas tentang
bagaimana tiada terkiranya kasih seorang ibu kepada anak-anaknya sepanjang usia
hidupnya, tanpa pamrih, tanpa
mengharapkan imbalan atau balas jasa.
13 Juli 2014, saya
mengunjungi wanita luar biasa yang selama hidupnya bergelut sendirian dengan
berbagai perjuangan untuk memastikan bahwa anak-anaknya mendapatkan yang
terbaik karena suami tercinta meninggal ketika beliau masih berusia
38 tahun.
Di kamar tidur yang dipenuhi
buku-buku dan amat sangat sederhana untuk ukuran kesuksesan finansial dan
sosial yang sudah beliau raih, beliau terbaring lemah karena penyakit kronis
yang dideritanya. Sebagai keponakan, saya telah diberitahu mengenai penyakit
yang dideritanya dan maksud kunjungan tersebut memang berusaha membujuk dirinya
agar mau diajak anak-anaknya untuk mendapatkan cara pengobatan terbaik bagi
beliau. Namun dalam kondisi kesehatan yang sangat jauh dari ideal tersebut, beliau
mengatakan bahwa dirinya hanya perlu beristirahat sementara karena kelelahan
dan beliau malahan lebih banyak berbicara tentang anak-anaknya.
31 Juli 2014, kembali saya
mengunjungi beliau, tapi kali ini beliau sudah terbaring di ranjang rumah
sakit. Dalam keadaan kesehatan yang telah demikian memburuk dan ajal bisa
saja setiap saat datang menjemputnya, dari keadaan beliau yang masih sadar, satu hal yang
masih tetap dapat saya rasakan adalah bahwa kasihnya sebagai seorang mama kepada 5 orang
anak-anaknya demikian besar, seperti lirik dalam lagu kasih ibu.
Meskipun selama hidupnya
tidak banyak terucap dari bibirnya sendiri, bagaimana kasihnya kepada
anak-anaknya, sebagai salah seorang keponakan beliau, dari semua yang saya
lihat sepanjang hidupnya hingga bahkan pada saat-saat beliau terbaring tidak
berdaya karena sakit, kasihnya sebagai seorang ibu memang sungguh hanya ingin memberi dan tidak
mengharapkan imbalan, kecuali tentunya demi melihat kebahagiaan anak-anaknya.
Lahir 13 Februari 1938 dan dalam
keheningan dini hari 3 Agustus 2014, Mariana Tjitra (Tjhie Cin Mei)
menghembuskan nafas terakhirnya dengan dikelilingi oleh anak-anaknya,
menantu-menantunya dan cucu-cucunya.
No comments:
Post a Comment