Pada salah satu sesi dalam Australia New Zealand
Indonesia Forum atau ANZI Forum diadakan
di Bali dari 6 hingga 8 September 2013, salah satu dari sekian banyak acara
tahunan penting yang diadakan oleh Lions Clubs International, sang
narasumber menyampaikan satu kalimat pembuka yaitu “you never get a second chance to make
the first impression.”
Bila kita membaca kalimat
tersebut secara harafiah tentu saja artinya akan dapat membingungkan kita karena
memang tidak akan ada kesempatan lagi
sebab tidak
akan pernah ada dua kali kesan pertama. Namun
maksud kalimat tersebut tentu ingin menekankan begitu pentingnya sebuah kesan pertama
yang mengesankan atau paling tidak baik.
Sebegitu pentingnyakah sebuah kesan
pertama?
Kualitas hubungan
antar 2 orang manusia atau seseorang dengan banyak orang lain ternyata lebih
sering dipengaruhi oleh keputusan yang sangat cepat diambil pada saat pertama kali
bertemu. Keputusan-keputusan yang lebih banyak dipengaruhi oleh panca indera tanpa melalui tahapan-tahapan proses
berpikir.
Dalam hitungan waktu yang
sangat cepat yaitu hanya beberapa perseratus detik, bukan
saja tanpa disadari pikiran kita telah membuat sebuah pemahaman tentang seseorang
dan/atau sesuatu hal yang dirasakan oleh panca indera, tetapi langsung membuat keputusan apakah kita
suka
atau tidak suka pada hal tersebut,
Secara logika seharusnya
memang ada salah satu bagian otak manusia yaitu neo-cortex
yang memiliki fungsi berpikir, berbahasa, mengatur gerakan, dan mempersepsikan hal-hal yang diterima
dan/atau dirasakan oleh panca indera.
Namun rangkaian susunan
bagian dalam keseluruhan otak manusia memungkinkan apa yang dirasakan oleh panca indera seringkali
secara langsung diculik oleh bagian otak yang dinamakan amygdala
sehingga ada respon yang segera bahkan sebelum seluruh rangkaian
sinyal yang dirasakan oleh panca indera terekam oleh neo-cortex untuk memulai
proses berpikir dan mempersepsikan.
Apa yang terjadi kemudian adalah
bahwa kesan pertama atas seseorang atau
sesuatu hal terbentuk tanpa melalui proses berpikir yang seharusnya dan
kemudian terekam menjadi sebuah gambaran mental tentang seseorang atau sesuatu hal tersebut.
Kesan pertama tersebut bisa
saja memang merupakan representasi yang akurat
tentang seseorang dan/atau sesuatu hal namun juga akan tergantung pada orang
yang melakukan observasi dan orang atau hal yang menjadi obyek observasi. Namun kita mesti berhati-hati agar kesan
pertama yang bisa terbentuk dalam hitungan sangat singkat dalam beberapa
perseratus detik tersebut kemudian menguasai proses berpikir kita dan bahkan menjadi sebuah kebiasaan praduga
dengan label intuisi.
Penelitian memang
memperlihatkan bahwa dalam banyak situasi kesan-kesan yang kita
dapatkan tentang orang-orang dan/atau hal-hal bisa saja akurat. Masalahnya adalah seringkali kita kemudian
secara sadar menjadikan kesan-kesan pertama tersebut menjadi kesan-kesan yang
permanen sehingga dapat menyesatkan kita.
Terlepas apakah memang kesan
pertama akan seseorang merupakan kesan yang akurat atau tidak, kita tentu saja harus
memiliki persiapan yang cukup ketika akan tampil karena anda tentu tidak
ingin mendapat kesan pertama yang kurang menguntungkan anda.
Hal yang lebih penting dari kesan
pertama yaitu manakala anda akan maju untuk sebuah posisi penting
dalam sebuah organisasi atau akan menjadi seorang figur publik, anda tentu
harus selalu
menjadikan diri kita secara konsisten sebagai seorang yang memang sesungguhnya memiliki
kepribadian dan kemampuan seperti yang ingin kita tampilkan untuk dilihat
dan/atau dirasakan oleh orang-orang lain dan bukan hanya sekedar sebuah pameran
sesaat untuk mendapatkan kesan pertama apalagi yang manipulatif.
No comments:
Post a Comment