Tantangan dan kesulitan dalam kehidupan sering kali datang bertubi-tubi dan
bisa juga dalam skala yang jauh melampaui kemampuan seseorang untuk menghadapi atau
mengatasinya. Keadaan
tersebut sering menyebabkan banyak orang merasa tidak akan mampu melewatinya
sehingga yang terjadi kemudian adalah patah
semangat, putus asa atau bahkan membuat keputusan dan tindakan
yang bisa merugikan diri mereka sendiri dan orang-orang lain.
Orang-orang sering salah mengartikan ungkapan “To be, or not to be” yang adalah sebuah
frasa dari sebuah naskah sandiwara “Hamlet” yang sangat terkenal yang ditulis oleh
pujangga William Shakespeare. Kalimat tersebut diucapkan oleh salah satu tokoh utama
dalam cerita tersebut yang bernama Hamlet yang mempertanyakan apakah hidup masih berarti manakala begitu banyak kesulitan
mendera.
Bayangan tentang masa depan memang bisa
penuh dengan ketidakpastian, baik
karena tindakan-tindakan yang sudah kita lakukan pada masa lalu, saat ini, maupun karena faktor-faktor di luar diri kita yang tidak dapat kita kendalikan, sehingga
membayangkan
atau disebut juga visualisasi seringkali menimbulkan kekuatiran.
Kekuatiran
akan sesuatu yang belum terjadi dapat membebani hidup seseorang dan ada banyak sekali faktor yang menyebabkan
kekuatiran muncul dalam pikiran seseorang. Pola pikir tersebut terbentuk
lewat pengulangan tanpa kita sadari.
Seseorang bisa dan sering secara keliru melakukan visualisasi tentang suatu keadaan tidak
menyenangkan yang mungkin pernah satu atau dua kali terjadi pada dirinya sendiri
tetapi dalam keseharian lebih sering visualisasi yang keliru tersebut disebabkan
oleh berita negatif dari perbincangan dengan komunitas, berita di televisi, pesan
singkat di telepon selular, e-mail atau lewat begitu banyak media sosial di
internet karena saat ini berita dan informasi begitu mudah tersedia baik lewat
media elektronik.
Tetapi dari cerita yang ditulis oleh William Shakespeare pada
tahun 1600-an tersebut, ternyata bahwa pola pikir berupa kekuatiran dan
ketidakberdayaan sudah ada sejak lama sekali sebelum adanya perkembangan dunia dengan
berbagai teknologi seperti saat ini. Artinya adalah bahwa kekuatiran akan ketidakpastian dan ketidakberdayaan lebih banyak disebabkan
oleh pemikiran dari dalam diri sendiri.
Manakala visualisasi dari kekuatiran tersebut kemudian
diikuti dengan afirmasi negatif yang berulang setiap kali bayangan kekuatiran
tersebut muncul, maka seseorang akan tanpa sadar membentuk sikap masa bodoh, semau sendiri, “pokoke” atau sering disebut dengan istilah mutung, yang dapat lebih banyak mengakibatkan hal-hal yang
merugikan baik bagi diri sendiri dan orang-orang lain.
Seperti pada proses pembentukan sikap mutung tersebut, untuk
dapat menghindarkan diri anda dari sikap yang bisa masuk kategori anti sosial tersebut , anda
dapat menggantikannya dengan melakukan program visualisasi dan afirmasi positif. Langkah
pertama yang dapat anda lakukan adalah untuk memiliki filter guna menyaring berbagai informasi yang anda
terima tersebut.
Namun derasnya arus informasi negatif seringkali mengakibatkan filter tersebut tidak mampu
lagi berfungsi sehingga yang sering terjadi kemudian adalah seseorang bisa saja mencoba mengabaikan dan bahkan mengisolasi dirinya sehingga sebagai akibatnya juga tidak mendapatkan informasi positif dan berguna.
Bila kita mengumpamakan pikiran adalah sebuah wadah yang berada pada suatu tempat dimana ada aliran air keruh yang tertuang ke dalamnya, anda memiliki pilihan untuk memindahkan wadah tersebut ke tempat
lain, namun bukan berarti tindakan tersebut dapat menghindarkan adanya air keruh
tertuang ke dalam wadah tersebut karena bisa saja terjadi di tempat lain bahkan
ada aliran air yang
lebih keruh dan lebih deras yang akan mengisi wadah tersebut. Cara yang lebih baik untuk mengurangi kekeruhan atau bahkan mendapatkan air
yang jernih dalam wadah yang anda miliki adalah dengan mendapatkan dan menuangkan air yang jernih ke dalam wadah tersebut.
Apa yang dapat anda dan saya lakukan dalam menghadapi
derasnya arus informasi negatif selain penggunaan filter untuk menyaringnya, memang
perlu dibarengi dengan tindakan konstruktif yaitu mengisi pikiran dengan mempelajari dan melakukan cara-cara seperti yang sudah dilakukan oleh
orang-orang yang berhasil dengan sukses mengatasi berbagai tantangan dan hambatan
dalam kehidupan mereka.
Dari observasi dan wawancara yang telah dilakukan pada
orang-orang yang berhasil mengatasi tantangan dan hambatan yang mereka hadapi, ternyata
bahwa sikap mental positif yang mereka bangun adalah bukan dengan jalan mengabaikan atau sebaliknya
juga bukan pula hanya fokus dalam mencoba mengatasi berbagai keadaan
negatif dalam hidup mereka. Ada setidaknya 2 hal lain yang bisa
ditemukan pada diri mereka yang sukses sehingga mampu mempertahankan sikap
positif yang mereka bangun tersebut yaitu bahwa mereka mengarahkan hidup mereka ke arah
kesuksesan yang ingin mereka raih dengan memiliki sasaran-sasaran berarti dan menggunakan sasaran-sasaran tersebut untuk membangun motivasi diri mereka.
Seperti pada ungkapan dalam naskah cerita Hamlet yaitu
“To be, or not to be, that is the question,” yang akan menentukan kehidupan anda saat ini dan di masa
depan adalah dengan mengupayakan memiliki pilihan seperti semua orang yang
sukses dalam hidup mereka dan tentunya sikap mutung dan “pokoke” jelas bukan sebuah
pilihan.
No comments:
Post a Comment