Seorang eksekutif muda yang
baru bergabung pada sebuah perusahaan menceritakan tentang pengalaman barunya
yaitu mendapatkan
warisan stok lama. Maksud dari kiasan yang dipergunakannya
adalah orang-orang yang sudah lama
bekerja pada perusahaan tersebut yang menjadi bawahannya. Orang-orang lama
yang mesti dipimpinnya tersebut selaln kurang
memiliki keahlian dan kemampuan dalam bidang mereka juga memiliki sikap dan kultur kerja yang sangat jauh
dari produktif dan bahkan cenderung kontra-produktif.
Minggu lalu seorang pemilik
perusahaan juga menyampaikan keluh kesah yang mirip namun dari sudut pandang
yang lain tentang orang-orang yang sudah
belasan dan bahkan ada yang puluhan tahun bekerja pada perusahaannya namun
tidak mampu mengikuti perkembangan perusahaannya sejak 1 hingga 2 dekade
belakangan. Ironisnya, yang tetap mengikuti perkembangan dari tahun ke
tahun hanya gaji dan fasilitas yang terus meningkat, stok lama tapi harga
baru,
tambahnya.
Mungkin banyak dari pembaca
yang juga mengalami hal serupa seperti kedua orang tersebut. Bagaimana sebaiknya menyikapi keadaan
tersebut?
Banyak perusahaan dengan
kemampuan finansial memadai secara berkala menawarkan early retirement
(pensiun dini) sebagai cara untuk mengurangi jumlah
orang-orang yang berdasarkan catatan kinerja mereka memang tidak menunjukkan
prestasi yang seharusnya.
Ada
cukup banyak juga perusahaan yang berusaha untuk dapat meningkatkan kinerja
orang-orang lama mereka lewat berbagai pelatihan namun hasilnya tetap tidak
memuaskan. Pemilik perusahaan yang menceritakan kesulitannya dalam
memberdayakan orang-orang lama di perusahaannya juga sudah mencoba melakukan
hal tersebut namun hasilnya adalah kekecewaan demi kekecewaan. Hingga akhirnya
dia dan juga mungkin banyak pengusaha lainnya melakukan hal serupa yaitu menempatkan orang-orang lama tersebut ke
posisi-posisi non-strategis lalu merekrut orang-orang baru dan muda dengan
harapan dapat menutupi defisit produktivitas karena orang-orang lama yang tidak
memberikan kontribusi yang seharusnya. Hasilnya dapat diduga, terjadi cerita
seperti yang disampaikan oleh eksekutif muda tadi.
Adalah sebuah dilemma bagi
banyak pengusaha maupun profesional ketika menghadapi kenyataan adanya
orang-orang lama yang kontra-produktif. Apabila seorang profesional tidak
mengambil langkah tegas tentu akan mengakibatkan kinerja team secara keseluruhan terdampak negatif – namun bila dia
mengambil langkah-langkah segera dan bersikap tegas ada kemungkinan dia dianggap kurang mampu
berkomunikasi atau tidak memiliki kualitas kepemimpinan
yang mampu mengatasi persoalan menyangkut hubungan interpersonal.
Seorang pengusaha juga
mungkin akan mendapat predikat pengusaha yang memiliki sifat ‘habis manis sepah dibuang’
apabila bertindak tegas terhadap orang-orang lama yang walaupun nyata-nyata
sudah tidak memberikan kontribusi sepadan dengan remunerasi yang mereka
dapatkan – dan sebaliknya bila dia tidak mengambil sikap tegas tentu akan berdampak negatif pada budaya dan iklim
organisasi serta pada ujungnya adalah kinerja perusahaan yang semakin menurun.
Situasi seperti yang dialami oleh
eksekutif muda dan pengusaha tersebut banyak dihadapi oleh
perusahaan-perusahaan yang sudah mapan dengan omzet penjualan ratusan milyar
hingga triliun Rupiah pertahun. Jadi bisa dibayangkan bahkan hanya dengan minus
0,1% dari produktivitas perusahaan yang seharusnya akan sangat besar nilainya. Itu
sebabnya banyak perusahaan dengan pertimbangan peningkatan produktivitas
bersedia mengeluarkan biaya untuk menawarkan program pensiun dini.
Apakah
memang jalan tersebut yang paling tepat untuk mengatasi masalah orang-orang
lama yang bermasalah yang berakibat pada rendahnya produktivitas perusahaan?
Tentunya telah ada cukup
banyak diskusi dan bahkan argumentasi mengenai hal ini karena apabila memang
perusahaan sejak awal tidak salah dalam melakukan rekrutmen orang-orang lama
tersebut, sejalan dengan perkembangan
perusahaan tentunya ada hal-hal yang bisa mempengaruhi tingkat kemampuan,
keahlian dan sikap kerja dari orang-orang dalam perusahaan yang dalam rentang
waktu lama dapat menjadi kebiasaan/habit yang tidak produktif dan bahkan
menjadi budaya.
Apakah anda sebagai pimpinan
dan/atau pemilik perusahaan, pastikan bahwa perusahaan anda memilih kandidat yang tepat lewat beberapa
tahapan seleksi pada waktu rekrutmen dan kemudian orang-orang tersebut baik
secara masing-masing maupun dalam team fokus kepada high-payoff activities (aktivitas-aktivitas bernilai tinggi yang memang
seharusnya menjadi akuntabilitas mereka) seiring dengan perkembangan
perusahaan. Banyak perusahaan yang pada awalnya sudah mendapatkan orang-orang
yang tepat namun karena alasan kepercayaan - pada beberapa orang tertentu
diberikan tugas-tugas yang seharusnya dapat didelegasikan kepada orang-orang
lain. Dampak dari yang nampaknya baik dalam jangka waktu tertentu bagi individu
yang mendapatkan kepercayaan maupun bagi
produktivitas dan profitabilitas perusahaan karena perusahaan menjadi lebih
ramping, tetapi dalam jangka panjang
akan menghambat dan bahkan menggerogoti kemampuan dari orang-orang tersebut.
Bagi orang-orang yang sudah
lama dalam satu perusahaan, tidak pernah ada kata terlambat untuk mencoba
meningkatkan kinerja mereka dan perusahaan tempat mereka bekerja dengan menggantikan kebiasaan-kebiasaan tidak
produktif yang sudah sekian lama menjadi bagian dari keseharian mereka
dengan menjadikan diri anda sumber informasi paling berharga misalnya mengenai
industri dimana perusahaan anda bergerak. Perusahaan
memang perlu memberdayakan mereka tetapi mereka perlu memberikan
daya/usaha/kemampuan mereka sehingga dapat tercipta sebuah momentum ke arah
peningkatan kinerja yang diharapkan.