Meminimalkan
Carbon Footprint
Desain dan ukuran kemasan
pada dasarnya berfungsi sebagai wadah untuk menampung dan melindungi produk
yang dikemas mulai sejak tahapan purna produksi, dalam penyimpanan di gudang
pabrikan, dalam transportasi ke pedagang besar hingga pengecer dan bahkan dalam
lemari konsumen di rumah.
Kemasan harus mampu tidak
saja melindungi produk yang dikemas yang dapat berupa benda padat atau cair dari
pengaruh temperatur maupun lingkungan namun juga perlu didesain dengan menarik.
Namun dalam perkembangannya,
terutama pada industri makanan ringan dan camilan, desain kemasan tidak saja
harus tampil menarik dan dihias dengan gambar ilustrasi yang dapat menarik,
namun juga diisi dengan udara sehingga dari tampilan nampak jauh lebih besar
padahal dengan isi produk yang seharusnya dapat dikemas dengan volume kemasan hingga
sepersepuluhnya.
Taktik pemasaran dengan menggelembungkan kemasan sehingga nampak
seolah-olah isi kemasan lebih banyak dilakukan oleh hampir seluruh perusahaan
yang memproduksi dan menjual camilan / makan ringan dan hal tersebut tentu
sah-sah saja selama memang isi netto yang dituliskan pada kemasan memang sesuai
dengan kenyataannya. Konsumen yang mengetahui setelah membeli akan dapat
memutuskan pilihan produk dengan rasa yang sesuai dengan selera mereka.
Apakah
memang seharusnya demikian dan tidak ada cara lain untuk memenangkan persaingan
merebut hati konsumen selain dengan kemasan berisi udara?
Dengan kemasan yang berisi
udara tersebut, biaya logistik mulai dari biaya handling sejak produk dikemas,
biaya penyimpanan di gudang (baik di gudang pabrik maupun di gudang-gudang
pedagang besar hingga pengecer di pasar), biaya transportasi (baik di tingkat
pabrikan hingga pedagang besar dan pengecer) akan meningkat sangat tinggi.
Bayangkan saja sebagai contoh
sebuah truk yang dapat mengangkut kurang-lebih 200 box ukuran 36 X 20 X 24
dengan bobot 10 hingga 20 kg per box dipergunakan untuk box dengan ukuran sama
namun hanya memiliki bobot 1 kg hingga 2 kg setiap box. Sehingga dalam 1 kali pengiriman, biaya-biaya gaji sopir dan kenek,
biaya bahan-bakar dan biaya penyusutan kendaraan menjadi 10 X lebih tinggi
karena daya angkut tidak dipergunakan secara optimal.
Demikian juga pada penggunaan luas ruang horizontal dan
vertikal di gudang penyimpanan baik di pabrikan, pedagang besar dan
pengecer serta apabila rak yang dipergunakan untuk memajang produk juga mesti
dibayar seperti yang sudah lazim diberlakukan saat ini.
Mengingat
biaya logistik yang merupakan komponen biaya yang signifikan terutama dengan
adanya biaya bahan bakar ditambah kemacetan di jalan, demikian pula harga sewa
lahan per meter persegi yang terus meningkat, apakah tidak dipikirkan untuk
menggunakan ukuran kemasan yang memang sesuai?
Selain konsumen juga mungkin
akan mendapatkan harga produk yang lebih murah, perusahaan tidak saja dapat
mengurangi biaya logistik namun juga dapat mengurangi biaya produksi dengan tanpa
perlu proses mengisi udara ke dalam kemasan yang tentunya memerlukan peralatan tambahan.
Biaya kemasan juga akan menjadi lebih rendah karena ukuran yang lebih kecil membutuhkan
bahan lebih sedikit dan penggunaan tinta cetak dekorasi yang juga lebih sedikit
tentunya. Produktivitas pekerja dan alat-alat produksi juga akan meningkat
selain perusahaan-perusahaan juga akan dapat meminimalkan carbon footprint yang
mereka hasilkan.
Rekan-rekan di divisi pengembangan
bisnis dan pemasaran tentu dapat memikirkan strategi, taktik pemasaran dan
ide-ide inovatif untuk dapat memenangkan hati konsumen dan pada saat bersamaan
dapat ikut meniadakan beban lingkungan hidup yang tidak seharusnya ada.
Pada akhirnya konsumen yang
cerdas akan memilih produk-produk yang berkualitas dan memberikan variasi rasa
yang mereka sukai dibandingkan penampilan kemasan yang hanya memberikan kesan
lebih banyak isinya.
No comments:
Post a Comment