Setiap pengusaha tentu
mendambakan keuntungan sebagai pengembalian dari modal yang ditanamkan dalam
perusahaan.
Namun adalah wajar bila menderita
kerugian dalam bisnis yang dapat
disebabkan oleh inefisiensi, menurunnya penjualan karena kalah bersaing,
kesalahan manajemen, strategi yang tidak tepat maupun
dikarenakan faktor-faktor teknis atau non-teknis lain.
Demikian pula perusahaan
bisa menderita kerugian pada tahun-tahun
awal setelah didirikan, terutama yang membutuhkan investasi awal seperti bangunan
pabrik dan mesin-mesin produksi.
Kerugian adalah resiko yang pasti mesti diperhitungkan
dan dihadapi oleh setiap pengusaha. 2 hingga 5 tahun
merugi atau belum kembali modal adalah hal yang sudah umum.
Selama lebih dari 30 tahun perjalanan
karir saya sebagai karyawan, mulai dari seorang admin gudang hingga menjadi
pimpinan puncak di beberapa perusahaan asing dan nasional besar, saya telah sering
mendengar maupun mengalami sendiri bagaimana para pemegang saham memutuskan untuk menutup cabang-cabang dan/atau menjual anak
perusahaan karena telah mengalami kerugian berturut-turut antara 5 hingga 10
tahun. Dan baru pertama kali mendengar secara langsung dari seorang
pengusaha yang sangat sukses tentang bagaimana
beliau mempertahankan salah satu perusahaan yang mengalami sub-zero atau merugi selama 26 tahun.
Baru setelah melewati rentang waktu panjang 26 tahun atau lebih dari seperempat abad, perusahaan tersebut mulai memberikan keuntungan dan pertumbuhan usaha yang signifikan.
Sering kali terjadi orang-orang setelah berupaya untuk bertahan dalam keadaan merugi cukup lama yang memang menguras energi dan modal kemudian memutuskan untuk menutup perusahaan mereka padahal hanya tinggal selangkah lagi situasi bisa berbalik ke arah menguntungkan.
Pelajaran entrepreneurship yang dapat saya simpulkan dari cerita yang saya dengar dari pengusaha yang berusia hampir 84 tahun tersebut adalah bahwa ukuran kesuksesan seorang pengusaha bukan hanya dari keuntungan yang diciptakan dan sebaliknya kerugian juga bukan merupakan pertanda kegagalan.
Sering kali terjadi orang-orang setelah berupaya untuk bertahan dalam keadaan merugi cukup lama yang memang menguras energi dan modal kemudian memutuskan untuk menutup perusahaan mereka padahal hanya tinggal selangkah lagi situasi bisa berbalik ke arah menguntungkan.
Pelajaran entrepreneurship yang dapat saya simpulkan dari cerita yang saya dengar dari pengusaha yang berusia hampir 84 tahun tersebut adalah bahwa ukuran kesuksesan seorang pengusaha bukan hanya dari keuntungan yang diciptakan dan sebaliknya kerugian juga bukan merupakan pertanda kegagalan.
No comments:
Post a Comment