Banyak
dari orang-orang yang dalam menjalankan bisnis mereka bukannya berusaha
melakukan perbaikan dan pengembangan produk dan/atau layanan mereka tetapi
justeru lebih
sering mencoba untuk mencari-cari berbagai kekurangan dan kelemahan dari para
pesaing mereka lalu menawarkan produk
dan/atau layanan yang dapat memberikan pemenuhan dari kekurangan dan kelemahan para
pesaing tersebut.
Tentu
saja cara yang umum dilakukan oleh banyak orang dalam bisnis tersebut boleh
saja anda juga ikut lakukan namun karena semua orang lain juga melakukan cara
yang serupa, maka ada kemungkinan bahwa dari berbagai kekurangan dan kelemahan
perusahaan anda yang terlihat oleh para pesaing justeru tidak anda sadari karena kekurangan dan kelemahan tersebut berada di area-area yang
merupakan blind spots bagi anda.
Saya
teringat pada sebuah cerita tentang blind spots yang beberapa tahun lalu pernah
saya dengar langsung dari bapak Achmad Suriawinata
atau yang lebih sering dipanggil pak Suria.
Dalam suatu kesempatan makan siang di salah satu perusahaan miliknya, beliau
menceritakan kisah tentang sebuah pohon yang besar dan seekor burung
kecil yang mendatanginya dan meminta
tempat untuk membuat sarang di salah satu cabangnya. Burung kecil yang ceria
tersebut setiap ada kesempatan selalu mengajak bicara si pohon. Setelah satu
bulan berlalu si pohon merasa sangat terganggu dengan celotehan si burung kecil
tersebut sehingga memutuskan untuk mengusirnya. Burung kecil tersebut tidak memiliki
pilihan lain dan terpaksa pergi meninggalkan sarangnya di pohon besar tersebut.
Setelah beberapa waktu lamanya, si burung kecil kembali lagi karena dia
berpikir barangkali saja si pohon besar yang sudah mengusirnya tersebut sudah
berubah pikiran. Setelah terbang berputar beberapa kali mencari si pohon besar,
si burung kecil ternyata tidak menemukan pohon besar tersebut. Burung kecil
tersebut memang tidak akan pernah menemukannya karena pohon besar tersebut
telah tumbang
karena digerogoti oleh serangga-serangga yang walaupun sangat kecil dibandingkan
ukuran si pohon namun dari waktu ke waktu secara sedikit demi sedikit
menggerogoti seluruh bagian pohon besar tersebut. Burung kecil tersebut yang makanannya memang adalah
berbagai jenis serangga sebenarnya dapat menghindarkan situasi fatal dialami oleh
pohon besar tersebut.
Moral
dari kisah yang diceritakan oleh pak Suria tersebut adalah bahwa seringkali kita
bersikap seperti pohon besar tersebut yang tidak menyadari adanya bahaya yang tidak
terlihat atau terlalu menganggap remeh bahaya yang bisa diakibatkan oleh serangga-serangga kecil yang
dari waktu ke waktu menggerogotinya hingga habis. Seringkali juga kita bersikap seperti
pohon besar yang menolak si burung kecil untuk menetap padahal dengan keberadaan
burung kecil tersebut yang justeru dapat menghilangkan ancaman dari serangga-serangga
tersebut karena mereka merupakan
makanannya. Akibatnya bisa sangat fatal seperti pohon besar dalam kisah
tersebut.
Setiap bisnis dapat dipastikan memiliki
area-area blind spots berupa kelemahan atau kekurangan yang disebabkan oleh
berbagai faktor internal seperti kemampuan teknis, permodalan, kepemimpinan dan manajerial, maupun faktor eksternal seperti perkembangan
teknologi, perubahan gaya hidup masyarakat dan faktor-faktor lainnya. Kelemahan dan kekurangan tersebut dapat secara perlahan tanpa terasa memperlemah
dan bahkan hingga menghancurkan bisnis
tetapi dapat juga secara sangat cepat membuat perusahaan tidak berdaya
menghadapi para pesaing yang memanfaatkan kelemahan dan kekurangan perusahaan
anda.
Lakukan
observasi
dari waktu ke waktu dengan melibatkan semua orang dalam perusahaan anda dan dengan mendapatkan informasi dari pasar serta umpan balik atau bahkan keluhan atas produk dan/atau pelayanan perusahaan anda sehingga akan dapat dengan cepat diketahui
kelemahan dan kekurangan yang ada pada area-area blind spots perusahaan anda.
Catatan tentang bapak Achmad Suriawinata
Saya
sangat beruntung telah mendapat banyak kesempatan untuk mendengarkan secara
langsung berbagai pengalaman beliau dalam lingkup bisnis maupun kehidupan. Tahun
1996 adalah ketika pertama kali saya mengenal bapak Achmad Suriawinata atau
yang lebih sering dipanggil pak Suria, namun baru setelah lebih dari dua dekade
kemudian atau tepatnya sejak tahun 2010 saya baru berkesempatan mengenal beliau
dengan lebih dekat. Semasa hidupnya beliau selain memiliki kegemaran menulis
kaligrafi dalam aksara Cina, beliau juga telah menulis lebih dari 30 buah judul
buku yang berisi pandangan-pandangan beliau tentang berbagai hal yang sangat
menarik untuk dibaca. Cerita tentang sebuah pohon besar dan seekor burung kecil
serta seranga-serangga dengan gaya perumpamaan yang beliau pergunakan untuk
menjelaskan tentang blind spots adalah hanya salah satu dari ratusan atau
mungkin ribuan tulisan yang telah beliau buat semasa hidup beliau. Pak Suria telah
kembali kepada Sang Pencipta pada 14 Januari 2015 dalam usia 84 tahun.
No comments:
Post a Comment